Rangkuman Esay Komunikasi Lintas Budaya terkait komunitas sekitar Kampus
Universitas Trunojoyo Madura.
|
Irma Kumala Sari 120531100029
|
Berbicara
tentang komunikasi tentunya sudah tidak asing lagi bila kita menyebutnya dengan
menyampaikan pesan ataupun informasi dari satu orang ke-orang lainnya.
Komunikasi yang mempunyai lima komponen (Wilbur
Scram) yaitu komunikator (penyampai
pesan), komunikan (penerima pesan), media (alat yang di gunakan untuk
menyampaikan pesan), pesan (informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator
kepada komunikan), feedback (adanya timbal balik setelah disampaikannya informasi
dari komunikator kepada komunikan). Dalam
berkomunikasi dengan orang lain tentunya kita membutuhkan dari lima komponen
tersebut, sebab jika tidak adanya komponen tersebut, maka tidak akan terjadi
komunikasi yang efektif, yang mana komunikasi yang efektif adalah adanya timbal
balik dari apa yang disampaikan komunikator kepada komunikan, sehingga terjalin
suatu komunikasi yang berkesinambungan dan dimengerti oleh sesama pelaku
komunikasi dalam menyapaikan informasi.
komunikasi
yang dilakukan dalam kehidupan manusia juga terdapat beragam serta macam teori,
namun untuk berkomunikasi dengan orang lain baik secara personal maupun antar
personal seseorang harus tau bagaimana cara membangun komunikasi yang baik
untuk menumbuhkan komunikasi yang efektif salah satunya dengan mengetahui lawan
bicara, memahami konteks pembicaraan, tujuan dari terjadinya komunikasi
tersebut, memperhatikan cultur budaya yang dimiliki oleh lawan bicara, serta
dengan menyesuaikan bahasa yang digunakan oleh komunikator. Selain itu dalam berkomunikasi
juga perlu memperhatikan jenis komunikasi verbal (dengan gerakan ataupun
ekspresi tubuh) dan non verbal (yang diucapkan secara langsung dengan tatap muka, maupun tidak langsung
melalui orang ke tiga atau perantara). Selain berkomunikasi dengan orang
perorangan maupun dengan kelompok juga terdapat komunikasi lintas budaya, yang
mana komunikasi tersebut terjadi antara satu budaya dengan budaya lain, maupun
sesama budaya yang saling berinteraksi dan menginformasikan masing-masing
pengetahuannya tentang budaya, struktural, adat, nilai, maupun norma-norma
dalam budaya yang dipelajari.
Menurut
Samovar dan Porter, 1994, p. 19. Dalam buku “intercultural Communication: A Reader” dimana dinyatakan bahwa
komunikasi antar budaya (intercultural communication)terjadi apabila sebuah
pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota dari budaya
tertentuuntuk akonsumsi anggota dari budaya yang lain. Pendapat lain mengenai
komunikasi lintas budaya juga dikemukakan oleh Liliweri bahwa proses komunikasi
antar budaya merupakan interaksi antar pribadi dan komunikasi antar pribadi
yang dilakukan oleh beberapa orang yang memilliki latar belakang kebudayaan
yang berbeda (2003, p. 13). Selain itu dalam jalannya komunikasi akan ada
hambatan atau yang juga dikenal sebagai communication barrier yang merupakan
segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif
(Chaney & Martin, 2004, p. 11). Bebrapa hambatan yang dapat dijumpai dalam
penyampaian komunikasi lintas budaya diantaranya hambatan Fisik (hambatan
berasal dari waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik), Budaya
(hambatan berasal dari etnik yang berbeda, agam, dan juga perbedaan sosial yang
ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya), persepsi (hambatan yang
muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai
suatu hal, sehingga memungkinkan suatu budaya memiliki pemikiran yang
berbeda-beda pula), motivasi (hambatan yang berkaitan dengan tingkat motivasi
dari pendengar, apakah pendengar mau menerima pesan ataukah mengabaikan pesan
yang disamapikan), hal tersebut meskipun nampaknya biasa dan sering terjadi
namun dapat berakibat fatal jika tidak diperhatikan dan dibiarkan terus
menerus. Untuk itu sangatlah perlu untuk mempelajari budaya yang ada di
Indonesia.
alasan
mempelajari komunikasi lintas budaya menurut Litvin (1977) antarnya disebabkan
dunia sedang menyusut dan kapasitas untuk memahami keaneka ragaman budaya
sangat diperlukan. Semua budaya berfungsi dan penting bagi pengalaman
anggota-anggota budaya tersebut meskipun nilai-nilainya berbeda. Setiap
individu dan/atau budaya berhak menggunakan nilai-nilainya sendiri. Sehingga
dari adanya alasan tersebut sesorang atau sekelompok budaya dapat mempunyai
rasa lebih peka secara budaya. Menyadari akan bias budaya sendiri. Dapat
memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang tentang budaya.
Salah
satu budaya maupun komunitas di kawasan kampus Universitas Trunojoyo misalnya,
dimana kampus tersebut berada di Pulau Madura tepatnya di Kabupaten Bangkalan.
Dari banyaknya budaya-budaya yang dapat dipelajari di pulau Madura selain
budaya karapan sapi, hasil cipta karya makanan khas yang terkenal yaitu sate
madura, batik madura, celurit mapun sabit, sejarah sakera dan marlena yang
terkenal juga ada beberpa komunitas yang ada dimadura yang tentunya perlu untuk
diketahui dan dilestarikan oleh budaya luar, komunitas-komunitas yang mempunyai
tujuan dan prinsip yang tetap serta nilai-nilai positf yang terkandung dari
adanya komunitas tersebutlah antaranya komunitas fotografi yang bergerak
dibidang foto, komunitas raege yang bergerak dibidang music, komunitas
bersepeda, serta komunitas-komunitas lainnya, terdapat pula salah satu
komunitas yang bergerak di bidang seni, musik, teater, dan tari yaitu Comunitas
Tuelank, dimana komunitas tersebut didirikan dan dibentuk oleh mahasiswa
Universitas Trunojoyo Madura untuk mengasah kemampuannya dalam bidang seni dan
sastra, komunitas tersebut meskipun baru terbentuk pada 2012 lalu kini pada
2014 sempat menarik perhatian beberapa dosen Universitas trunojoto madura untuk
dijadikan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kalangan Fakultas, sebab beberapa
penampilan yang sempat dipunlikasikan oleh komunitas tersebut dari hasil
tampilan satu panggung ke panggung lainnya di ranah Unit Kegiatan Mahasiswa
tingkat Universitas, namun karna ketidak inginannya persaingan dan telah
banyaknnya UKM serta UKM F yang masuk di Universitas Trunojoyo, akhirnya niat
itupun di urungkan selaku pendiri Tuelank Community (M. Imkhwanul Masruri, mahasiswa
Universitas trunojoyo madura, Program Studi Ilmu Komunikasi, semester 4).
Sebagaimana
komunitas-komunitas lainnya baik yang berada dalam kampus, Tuelank juga
mempunyai struktur kepengurusan layaknya komunitas maupun perkumpulan
organisasi seperti yang ada di dalam kampus, berikut merupakan gambaran
struktur kepengurusan dari tuelank Community:
PENGURUS
TUELANK COMMUNITY
Ø Ketua Umum
·
Yongky
Dwi Prasetyo Prodi Sosiologi
Ø Wakil Ketua
·
Ahmad
Muin Faruq Prodi Ilmu hukum
Ø Sekretaris
·
Rutinah Prodi
PGSD
Ø Bendahara
·
Irma
Kumala Sari Prodi Ilmu Komunikasi
Ø Div. Keteateran
·
Guntur
Saktiawan Prodi Ilmu Hukum
·
Lukman
Hakim Prodi PGSD
·
Ahmad
Nizar Prodi Hukum Bisnis Syari’ah
·
Safif Prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
·
Iskandar
Zulqarnain Prodi Teknik Informatika
Ø Div. Tari
·
Dewi
Irmawati Prodi Ilmu Komunikasi
·
M.
Ikhwanul Masruri Prodi Ilmu Komunikasi
·
Abdul
Rohman Prodi Sosiologi
Ø Div. Olahraga
·
Muhammad
Alim Prodi Sosiologi
·
Latiful
Aziz Prodi Ekonomi Pembangunan
·
Fatoni Prodi Sosiologi
·
Richard Prodi Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia
Ø Div. Keagamaan
·
Antok
Febrian Prodi Sastra Inggris
·
Muhammad
Ayi’ Prodi Teknik Industri
·
Yasifun Prodi Ekonomi Pembangunan
·
Tri
Sugeng Yanu Prodi Ilmu Komunikasi
·
Muhammad
Fatkhur Rohman Prodi Ilmu Komunikasi
Beranggotakan 12 orang, sekumpulan sahabat ini
akhirnya menyatukan niatnya dalam membangun Sebuah rumah produksi Tuelank
Community, terbentuknya
Gambar 01.1
Lambang dari
Tuelank Community (TC)
Sumber: Tuelank Community

Terbentuknya
komunitas ini pada tanggal 29 September 2012 di Asrama Universitas Trunojoyo
Madura, tak lain dan tak bukan 12 sahabat tersebut adalah para mahasiswa Universitas
Trunojoyo, dari berbagai daerah di pulau jawa serta jurusan dari masing-masing
anggota. Ruri (Gepeng), Abdul (Si Dul), Faruq (Bongky), yongky, Guntur (Leek),
Nizar (Om), Lukman (Ngangok), Latif, Iskandar, Alim, Sifun, Ayi’ (Dono). 12
sahabat inilah yang akhirnya telah berhasil menjadikan komunitas tuelank
dikenal dalam kamus UTM.
Bermodal
kamera HP dalam penggarapan film pendek tersebut, akhirnya hasilnyapun tidak
mengecewakan, nominal 1 juta rupiahpun siap mereka kantongi dari judul Sidul
Mengejar Matahari. Awal dibentuk film
tersebut memang belum membuming nama TC (Tuelank Community), karna persyaratan
yang harus di penuhi untuk mengikuti perlombaan tersebut, lahirlah semua
persyaratan yang dibangun pada malam sebelum penggarapan film itu di lakukan.
Ruri yang memang lebih dahulu mengenal dunia keteateran sejak SMA, akhirnya
dengan kesepakatan bersama dijadikan sebagi ketua pertama dalam TC.
Komunitas
tersebut juga mempunyai rentetan agenda rutin yang telah di sepakati ,
diantaranya:
o
Proses teater , yang dilakukan pada tiap
hari jum’at sore pukul 16.00
o
Latihan tari, yang dilakukan pada tiap
hari senin malam pukul 18.00
o
Pertemuan rutin anggota TC pada hari
selasa malam pukul 18.30
Serta
agenda-agenda lainnya, seperti band, menulis belajar jurnalis, hingga futsal,
untuk agenda-agenda tersebut, tentunya dilakukan dengan menyesuaikan jadwal
perkuliahan dari masing-masing anggota, mengingat anggota berasal dari jurusan
yang berbeda-beda. Untuk tempat latihanpun menyesuaikan, namun mereka lebih sering
berkumpul dan latihan tari maupun proses teater di perpus lama kampus UTM. Nama
TC yang dulunya hanya dikenal di kalangan anggota-anggota dari TC, dan
teman-teman dari anggota kini mulai menyebar dan lebih dikenal di dunia luar/
teater dari luar kampus.
Untuk jobdisc dari masing-masing peran
dalam kepengurusan organisasi adalah :
o
Ketua Umum, sebagaimana mestinya seorang
ketua yang mengurus dan mengkoordinasikan dari masing-masing anggota setiap
divisi untuk tetap menjalankan agenda-agenda baik yang telah tersirat maupun
tersurat.
o
Wakil Ketua Umum, sebagai pendamping
ketua umum dalam menjalankan tugas-tugas dari rencana kegiatan yang
dianggendakan.
o
Sekretaris, mengurus pengagendaan dari
setiap acara dan jadwal dari kegiatan yang telah di sepakati dalam rapat
renstra.
o
Bendahara, mengatur jalan masuk
keluarnya biaya setiap keperluan dalam organisasi tersebut.
o
Divisi Keteateran, mengurus semua aspek
mengenai teater untuk latihan proses
naskah.
o
Divisi Tari, mengurus semua aspek dalam
bidang tari, baik jadwal, gerakan, kostum tari dan hal yang berhubungan dengan
tari.
o
Divisi Oahraga, mengatur jadwal atau
pengagendaan latihan futsal serta pertandingan-pertandingan futsal dan berita
seputar olahraga.
o
Divisi Keagamaan, mengurus semua aspek
dalam organisasi tentang keagamaan.
Selain
tampil dalam acara yang telah diadakan dari program kerja kesenian TC, tim tari
maupun teater juga pernah perfom di beberapa acara kampus, dari situlah nama TC
mulai dikenal di beberapa kalangan tertentu pada ranah teater. Yang baru ini telah
mengadakan pentas seni untuk Tuelank pada 19 Mei 2014 lalu, dimana diadakan
pentas Umum di permahan Graha Gili Kamal untuk yang kedua kalinya. Dan
mengundang dari beberapa komunitas teater luar kampus maupun dalam kampus. “jadi
kita ini hanya menjadikan tempat perkumpulan untuk hiburan dan hobi untuk
bersenang-senang saja, ibarat kata tuelank itu memfasilitasi teman-teman yang
tidak terfasilitasi di kampus, dan harapan kita untuk tetap exsis di luar yang
memasyarakatakan teater dan teater yang bermasyarakat” ujar pendiri TC saat
ditanya keinginan untuk mengajukan TC tersebut ke ranah kampus.

Adegan
saat memerankan pentas seni Barseso.Para pemain berasal dari anggota Tuelank
Community.
Bertempat
di Bundaran perumahan Graha Gili, Kamal, Bangkalan.
Gambar:
Akha Fattkhur.

Gambar 01.3
Adegan dalam foto ini, diceritakan
Sang Kiai yang mulai terbawa oleh
Hasutan Syetan. Hingga ia mulai
mencoba Meminum-minuman Keras,
yang ia beli dari warung tempat ia
melakukan hal yang tidak sepantasnya.
Gambar: Akha Fatkhur
Ketika
mengadakan pentas kedua Tuelank Community, di pelataran bundaran Graha Gili
Kamal, pentas tersebut bertemakan tentang hari kartini, sementara dalam foto
tersebut merupakan sebuah pertunjukan pentas seni yang berjudul Barseso, dimana
menceritakan kisah seorang kiai yang kurang iman dan islamnya, sehingga ia
mampu digoda oleh syetan dan melakukan zina yang pada akhirnya kiai tersebut
mati.
Beberapa
Foto Kegiatan yang pernah dilaksanakan oleh Tuelank Community

Tampilan
tari Tuelank Communitiy ketika mengadakan pentas seni Tuelank pertama kali memperingati Dies Natalis
Tuelank pertama, yang dilaksanakan pada tanggal 27 September 2013.
Di
Bundaran Perumahan Graha, Gili, Kamal, Bangkalan.
Gambar: irma Kumala
![]() |
Gambar
01.5
Photo
anggota TC setelah mengikuti pementasanTari dan Teater Universitas TrunojoyoMadura
Gambar:
Lukman
Jika harus dikaitkan dengan macam
identitas sosial yang sebagaimana telah kita kenali, identitas sangatlah
penting untuk setiap komunitas, organisasi, kelompok ataupun perkumpulan yang
bermodel semamnya. Untuk sebagian mungkin akan merasakan perlunya sebuah
identitas sebagai modal eksistensi diri dari tempat seorang itu bernaung,
semata-mata hanya untuk kepuasan, ketenaran, yang bersifat individualis.
Komunitas Tuelank merupakan salah satu komunitas teater yang dari sumber dan
pendiri serta para pemeran dalam komunitas tuelank sendiri mengaku tidak ingin
terlalu terlihat exsis hanya nama, melainkan bagaimana cara mengajarkan dan
menampilkan sebuah karya seni yang bermasyarakat.
Identitas Sosial
Yang Dipilih, Identitas
seseorang terdiri atas berbagai jenis identitas yang saling berhubungan. Suatu
identitas menjadi penting dan nyata tergantung dari situasi yang ada. Jika
berada dalam konteks yang bervariasi, maka seseorang akan memilih untuk
menekankan satu atau lebih identitas orang tersebut. Dalam perannya selayaknya
seorang mahasiswa, para anggota TC juga menempatkan sesuai identitas yang
dimiliki. Dalam waktu latihan proses naskah sewajarnya mereka juga berperilaku
sasuia dengan perannya seorang pemain, pemeran, ataupun penari dalam sebuah
karya seni. Ketika masuk dikelas waktu kuliah selayaknya mereka juga menjadi
mahasiswa biasa.
Terdapat beberapa
bentuk identitas terkait dengan adanya komunitas, organisasi, kelompok maupun
perkumpulan yang menghasilkan suatu rancangan untuk mencapai tujuan dari
terbentuknya sebuah perkumpulan tersebut, berikut diantaranya identitas yang
terjadi dalam lingkup Tuelank Community:
Identitas Rasial,
Ras yang merupakan konsepsi sosial yang timbul
dari usaha untuk mengelompokkan orang kedalam kelompok-kelompok yang berbeda. Sesauai
dengan yang telah dipaparkan sebelumnya, keanggotaan dalam TC ini berasal dari
ras, tempat asal, serta jurusan yang berbeda-beda. Namun dengan adanya
perbedaan dari setiap individu tersebut menjadi sebuah kekuatan yang berkumpul
untuk saling melengkapi antara anggota satu dengan yang lain. Misalkan dalam
mengerjakan tugas dari dosen meskipun tergolong dari program studi yang
berbeda-beda, mereka selalu mengerjakan tugas bersama-sama dengan hal itu apa
yang tidak diketahui oleh satu orang dan di ketahui oleh teman lain menjadai
suatu pengetahuan baru yang didapatkan.
Identitas Etnis,
Etnis atau identitas
etnis berasal dari warisan, sejarah, tradisi, nilai, kesamaan perilaku, asal
daerah, dan bahasa yang sama. Identitas budaya seseorang berasal dari pengelompokan
regional. Ditinjau dari identitas etnis, TC juga termasuk dalam pengelompokan
identits tersebut. Sebab semua anggota dari TC berasal dari jawa, yang mana
kesamaan bahasa, sejarah, nilai dan tradisinyapun sudah sama-sama diketahui
hampir sama. Dalam masing-masing kelompok tersebut, budaya umumnya merupakan
rasa etnisitas yang melewati batas nasional dan didasarkan pada kepercayaan
serta praktik budaya.
Identitas Gender,
Secara biologis,
identitas gender berbeda dengan identitas seks. Gender lebih merujuk bagaimana
budaya tertentu membedakan peranan sosial feminin dan maskulin. Identitas
gender singkatnya merujuk pada pengertian dan interpretasi yang kita miliki
yang berhubungan dengan gambaran pribadi dan gambaran lain yang diharapkan dari
seorang laki-laki dan perempuan. Perolehannya dalam identitas gender dari TC
tetap mendapatkan perilaku yang sama antar sesama anggota baik laki-laki maupun
perempuan sebab adanya pelatihan maupun proses yang dilakukan selama proses
berlangsung, karena dalam komunitas ini rasa persaudaraan dijunjung tinggi
sehingga menjadi seperti keluarga sendiri, namun tetap ada perlakuan khusus
dalam waktu tertentu untuk menjaga kesolidaritasan antar anggota dan saling
melindungi serta menjaga antara satu dengan yang lain.
Identitas
Nasional, Identitas nasional merujuk pada kewarganegaraan
seseorang. Mayoritas seseorang mengasosiasikan identitas nasional mereka dengan
negara dimana mereka lahir. Namun identitas nasional juga dapat diperoleh
melalui imigrasi dan naturalisasi. Tanpa harus ditanya dan dijelaskan kembali,
anggota TC berasal dari negara yang sama yaitu Indonesia, yang sedikit banyak
tentunya budaya, etnis, bahasa, dan sejarah yang diketahui juga merupakan
pengetahuan yang tak awam bagi mereka.
Identitas
Organisasi, Dalam beberapa
budaya, keanggotaan seseorang dalam organisasi dapat menjadi sumber penting
identitas. Hal tersebut benar dalam budaya kolektif dan tidak demikian dalam
budaya individualistis. Secara pemahaman pentingnya identitas organisasi yang
dirasakan TC juga sama halnya dengan dengan identitas yang di pakai di
komunitas-komunitas lainnya, TC mempunyai identitas sendiri yang biasanya tiap
mengadakan acara Seni ataupun menghadiri acara pertunjukan seni di kampus
memakai Kaos Tuelank Community, dimana masing-masing dari anggota telah
mempunyai identitas dari adanya kaos tersebut.
Identitas
Pribadi, Identitas pribadi
terdiri atas karakteristik yang membuat seseorang berbeda dengan orang lain di
kelompoknya, karakteristik yang membuat unik
dan bagaimana seseorang tersebut memandang dirinya sendiri. Meskipun
berasal dari negara yang sama namun masing anggota berada pada daerah yang
berbeda, tentunya hal tersbut memberikan awrna tersendiri sedikit banyak bawaan
dari daerah masing-masing. Misalkan dengan pelafalan sebuah bungi maupun
pengucapan sebuah kata yang mempunyai makna dan arti yang sama.
Identitas Dunia
Maya dan Identitas Khayalan, Salah
satu hal yang menarik dari internet adalah kesempatannya yang diberikan kepada
manusia untuk menampilkan dirinya dengan berbagai cara. Untuk komunitas Tuelank
selain mempunyai identitas dalam memakai kaos juga mempunyai ruang diskusi di
dunia maya, tak lain adalah di media sosial yaitu facebook, membuat group
dengan identitas Tuelank Community dan memasukkan dari masing-masing anggota ke
group tersebut untuk mempermudah komunikasi dan tentunya agar tidak tertinggal
dengan perkembangan jaman yang baru-baru ini mulai bertambah luas di era 2014.
Membentuk dan
Menetapkan Identitas Budaya, Dengan
berinteraksi dengan orang lain seseorang akan terus menerus membentuk dan
membentuk kembali identitas budayanya melalui komunikasi. Melalui komunikasi
seseorang dapat mengekspresikan kesamaan dan ketidak samaan dengan yang lain.
Kegunaan komunikasi dalam membentuk dan menetapkan identitas dalam berbagai
bentuk, termasuk percakapan, peringatan
sejarah, musik, tarian, ritual, upacara dan berbagai drama sosial. Dengan berkomunikasi dan saling
menginformasikan kepada orang lain tentang budaya dan komunitas yang dimiliki
oleh sesama anggota. Maka, dari hal itulah orang akan mengenali komunitas
Tuelank, dari hasil-hasil pertunjukan yang pernah ditampilkan.
Identitas dalam
Interaksi Antar Budaya, Identitas juga mlai mempengaruhi interaaksi melalui
perilaku yang memotivasi. Seseorang dapat masuk dan keluar dari identitas yang
berbeda ketika orang tersebut berinteraksi dengan orang lain, dan dengan
masing-masing identitas dapat
menggunakan sejumlah perilaku komunikatif yang sesuai dengan identitas orang
tersebut mengenai komunikasi yang benar dan sesuai dengan berbagai latar
sosial. Komunitas yang bergerak di bidang seni ini tidak membatasi para anggota
untuk mengikuti dan masuk dalam keanggotaan organisasi, kelompok, maupun
komunitas lain selain komunitas Tuelank. Para anggota juga saling memberi
dukungan, support satu dengan yang lain ketika salah satu anggota mempunyai
masalah atau membutuhkan bantuan untuk mencapai tujuan dari keikut sertaannya dalam
kelompok lain, karena dari anggota menyadari akan kepentingan masing-masing dan
karakter yang masing-masing di miliki serta diminati untuk tidak mematikan
karakter dari setiap anggota Tuelank sendiri.
Sisi Gelap dari
Identitas, Persamaan dan perbedaan juga berperan dalam hubungan
sosial. “psikolog” yang mengadakan penelitian tentang daya tarik internasional
menghasilkan sebuah interuksi prinsip penting, semakin mirip seseorang dengan
yang lainnya, semakin suka meraka denga satu dan yang lainnya. Ketika
berhadapan dengan suatu hal yang tidak sama dan tidak diketahui. Maka akan cenderung
untuk memiliki stereotip, stereotip bisa terjadi karena seseorang bertemu
dangan banyak orang asing dan terkadang di hadapkan pada kesempatan yang tidak
lazim. Misalkan dalam sebuah keanggotaan, seseorang akana merasa nyaman jika
mendapati seoarang lain dalam anggota tersebut mempunyai kesamaan karakter,
pembicaraan, pemikiran ataupun hal lain yang membuat merasa sama, maka dua dari
anggota tersebut hanya akan berdekatan tanpa menyadari kehadiran anggota lain.
dari hal tersebut dapat
diketahui pentingnya sebuah nilaidari identitas sosial, dimana sebuah identitas
adalah suatu alat untuk memperkenalkan organisasi kepada dunia luar yang tidak
lain adalah merupakan untuk keuntungan dari organisasi tersebut, agar mendapat
wawasan dan pengetahuan yang lebih banyak lagi terkait telah dikenalnya oleh
anggota-anggota atau kelompok organisasi lain.
Sebenarnya semua yang
ada di dunia ini lebih banyak memakai teori komunikasi dalam berhubungan denan
manusia satu dengan manusia lainnya yaitu dengan menggunakan teori
transaksional, dimana dalam teori transaksional tersebut telah dijelaskan
“seseorang hanya akan berkomunikasi dengan orang lainnya sebab adanya rasa
saling menguntungkan antara pelaku komunikasi satu dengan yang lain, sehingga
komunikasi secara terus menerus dan berkesinambungan”. Jadi dalam komunikasi
transaksional, orang yang melakukan komunikasi hanya bertujuan untuk memperoleh
keuntungan, sebab bisa jadi setelah apa yang diinginkan itu tercapai, maka
komunikasi tersebut dapat tershenti atau mungkin tidak terjadi komunikasi lagi.
Kembali pada identitas
sosial, identitas yang dimiliki komunitas Tuelank ini juga telah banyak dikenal
di kawasan komunitas teater luar kampus, selain telah mempunyai identitas kaos
yang dipakai dalam acara apapun untuk menjadi tanda pengenal, komunitas Tuelank
juga memproduksi Tas Munyet Gue, yaitu tas yang terbuat dari kain goni yang di
labeli dengan produksi dari Tuelank Community, komunitas yang berdiri dengan
modal kesenian dan semangat yang dimiliki oleh para anggotanya kini kurang
lebih anggotanya menjadi 24 orang dari fakultas dan jurusan yang berbeda-beda.
Dari adanya perbedaan
pada masingimasing pribadi yang dimiliki oleh anggota itulah yang menjadi
pelengkap dalam meneruskan semangat kesenian membentuk aksi tampilan drama yang
pada akhirnya dapat mencapai tujuanyang di tuju oleh komunitas Tuelank. Karna
sejatinya perbedaan bukanlah suatu halangan untuk mencapai sebuah tujuan yang
di harapakan. Melainkan dengan adanya perbedaan, seseorang dapat mengerti dan
memahami bagaimana cara menempatkan diri pada posisi yang sebenarnya harus ia
hadapi. Tetap menjalin hubungan untuk berkomunikasi sebab suatu hubungan juga
dapat terpecah belah dan terangkai indah karna mampu tidaknya untuk tetap
menjalin komunikasi.
Daftar Pustaka:
Uchjana,Onong.2007.Ilmu Komunikasi Teori
dan Praktek.Bandung:PT REMAJA ROSDAKARYA.
Devito,Joseph A.1997.Komunikasi Antar
Manusia.Indonesia:Profesional Books.
Anugrah dan Winny Kresnowati, 2008.
Komunikasi Antarbudaya.Bandung: Jala Permata.
Leach, Edmund. Culture and
Communication, The Logic by which symbols are connected. Cambridge University
Press. 1976
Liliweri, Alo. Gatra-Gatra Komunikasi
Antar Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001
Mulyana, Deddy, Jalaluddin Rakhmat.
(Editor) Komunikasi antar Budaya. Panduan berkomunikasi dengan orang-orang
berbeda budaya. Bandung: Remaja Rosda Karya. 1996
Samovar, Larry A, Richard E Porter.
Communication Between Cultures. 5th edition, Thomson wadsworth. 2004
Varner, Iris, Linda Beamer.
Intercultural Communication in The Global Workplace. 3rd edition. Mcgraw-Hill
International. 2005
Identitas Sosial Yang Dipilih
Identitas seseorang terdiri atas berbagai jenis
identitas yang saling berhubungan. Suatu identitas menjadi penting dan nyata
tergantung dari situasi yang ada. Jika berada dalam konteks yang bervariasi,
maka seseorang akan memilih untuk menekankan satu atau lebih identitas orang
tersebut. Contoh: ketika belajar di kelas, identitas pertama orang tersebut
adalah seorang pelajar, namun ketika orang tersebut berada di tempat pekerjaan,
maka identitas pekerjaan orang tersebut menjadi prioritas utam. Dalam kedua lingkungan
tersebut, bagaimanapun, beberapa identitas seseorang seperti ras, dan jenis
kelamin, juga ada, walupun dalam peranan sekunder. Tanpa memperdulikan
identitas lain yang muncul, sebab semua hal tersebut dipengaruhi oleh budaya.
Identitas Rasial
Ras merupakan konsepsi sosial yang timbul dari usaha
untuk mengelompokkan orang kedalam kelompok-kelompok yang berbeda. (Collier);
ras telah digunakan dalam lingkungan akademis, pemerintahan, dan partai politik
untuk mengidentifikasi orang sebagai orang luar. Peneliti menggunakan
perspektif tersebut dalam mendekati ras sebagai istilah yang di bentuk secara
sosial yang berhubungan dengan kekuasaan. (Alport); mengindikasikan bahwa
antropologi awalnya membagi ras dalam tiga kelompok besar- Mongoloid,
Kaukasoid, dan Negroid. Kategori tersebut membagi manusia kedalam kelompok
semata-mata berdasarkan penampilan fisik. Identitas rasial biasanya identik
dengan ciri-ciri fisik luar seperti warna kulit, tekstur rambut, penampilan
wajah, dan bentuk mata. Ilmu pengetahuan modern telah menemukan bahwa ada
sedikit variasi genetik diantara manusia yang mendasari kategori rasial yang
tepat sebagai cara untuk mengelompokkan manusia. Namun, selanjutnya konsep
tersebut telah terkikis selama berabad-abad sebagai akibat dari penggabungan
genetika, yang meningkat dalam masyarakat kontemporer melalui perkawinan antar
budaya. Konsep identitas rasial berlaku di Amerika Serikat sebagai gagasan
secara sosial yang tidak diragukan berhubungan dengan warisan historis seperti
perbudakan, penganiyayaan suku indian di Amerika, isu hak sipil, dan baru-baru
ini adalah mengenai peningkatan imigran.
Identitas Etnis
Etnis atau identitas etnis berasal dari warisan,
sejarah, tradisi, nilai, kesamaan perilaku, asal daerah, dan bahasa yang sama.
Identitas budaya seseorang berasal dari pengelompokan regional, misalnya :
·
Etnis Basque, yang
terletak disepanjang perbatasan spanyol dan prancis.
·
Etnis Bedouin,
kelompok Arab nomaden (hidup berpindah-pindah) yang terbentang dari Sahara
bagian timur, melintasi Afrika Utara dan Semenanjung Arab, sampai kepantai
timur Arab Saudi.
·
Etnis Kurdi,
group etnis besar di Irak bagian utara, dengan komunitas di Turki, Iran, dan
Siria.
·
Etnis Roma, yang
pada umumnya disebut dengan kaum Gipsi. Tersebar di sepanjang Eropa bagian Timur
dan Barat.
Dalam masing-masing kelompok tersebut, budaya
umumnya merupakan rasa etnisitas yang melewati batas nasional dan didasarkan
pada kepercayaan serta praktik budaya. Etnis warga Amerika Serikat berhubungan
dengan asal leluhur sebelum kedatangan mereka ke Amerika serikat dari
tempat-tempat seperti Jerman, Italia, Meksiko atu Cina. Setelah datang imigran
asli, generasi berikutnya kadang merujuk diri mereka sendiri sebagai orang
“Jerman-Amerika”, orang “Meksiko-Amerika”, atau orang “Cina-Amerika”. Seperti
yang telah dijelaskan oleh Chen, tanda penghubung tersebut berfungsi sebagai
pemisah dan pengabung dua tradisi budaya tersebut.
Selama awal-awal tahun berada di Amerika Serikat,
para imigran kadang akan tergabung dalam daerah tertentu untuk membentuk
komunitas etnis, dan beberapa bahkan masih tetap bertahan seperti Chinatown di
Sanfransisco dan Little Italy di New York. Daerah kantong etnis baru, seperti
Little Saigon di daerah Los Angeles, telah berkembang seiring bertambahnya
imigran baru. Di daerah tersebut, rasa identitas etnis cenderung tetap kuat,
karena praktik, kepercayaan, dan bahasa dari budaya tradisional diikuti dan
dipelihara. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, anggota dari generasi yang
lebih muda kadang berpindah dengan variasi etnis yang lebih banyak dan
pernikahan antar etnis lain. Bagi sebagian orang, hal tersebut dapat mencairkan
perasaan mereka terhadap identitas etnis yang kini warga Amerika Serikat telah
menyatakan kelompok etnis mereka dengan membeberkan sejarah panjang tentang
penggabungan etnis keluarga mereka. Bagi yang lainnya, terutama mereka dengan
warisan Eropa-Amerika mengidentifikasi diri mereka sebagai “hanya orang
Amerika” atau “Amerika kulit putih”. Sering kali dari mereka menjadi anggota
budaya dominan di Amerika Serikat yang berasal dari tradisi agama
Kristen-Yahudi dari Eropa barat, dan yang garis keturunannya ditandai dengan
sejarah perkawinan antar etnis lain selama bertahun-tahun. (Martin dan Makayama);
banyak praktik budaya yang berhubungkan dengan “putih” diluar kesadaran
pelakunya,namun dapat dilihat oleh anggota kelompok budaya minoritas. Maka dari itu “putih” kadang diasosiasikan
sebagai posisi istimewa.
Identitas Gender
Secara biologis, identitas gender berbeda dengan
identitas seks. Gender lebih merujuk bagaimana budaya tertentu membedakan
peranan sosial feminin dan maskulin. (Ting-Toomey); “identitas gender
singkatnya merujuk pada pengertian dan interpretasi yang kita miliki yang
berhubungan dengan gambaran pribadi dan gambaran lain yang diharapkan dari
seorang laki-laki dan perempuan”.
Budaya berpengaruh pada apa yang membentuk keindahan
gender dan bagaimana hal tersebut di tampilkan diantara budaya. Di Amerika
Serikat, disamping ancaman kanker kulit, banyak wanita muda mencoklatkan
kulitnya sebagai bagian dari perawatan kecantikan di musim panas. Namun dalam
budaya Asia bagian Timur dan Tenggara, kulit lebih gelap dianggap sebagai tanda
status sosial yang lebih rendah dan paparan cahaya matahari sangat dihindari.
Begitu pentingnya kulit yang lebih terang, sehingga baik perempuan maupun
laki-laki kadang menggunakan kosmetik pencerah kulit. Begitu juga dengan
bahasa, bahasa merupaka cara lain untuk menunjukkan perbedaan gender. Di
Jepang, kata-kata tertentu digunakan secara khusus oleh perempuan, sedangkan
laki-laki menggunakan kata-kata yang berbeda untuk menyatakan arti yang sama.
Dalam Bahasa Inggris, hampir tidak ada perbedaan kata-kata yang digunakan baik
perempuan maupun laki-laki. Variasi budaya dalam identitas gender juga nyata
dalam mode, James menemukan bahwa di Denmark :
“Dibandingkan perempuan, laki-laki lebih
peduli tentang berat badan mereka. Perempuan mengenakan pakaian yang longgar
dan jarang mengenakan rok mini-bahkan diantara remaja. Hal ini karena menjadi
seksi bukanlah cara utama bagi wanita untuk menonjolkan diri mereka di
Denmark”.
Identitas Nasional
Identitas nasional merujuk pada kewarganegaraan
seseorang. Mayoritas seseorang mengasosiasikan identitas nasional mereka dengan
negara dimana mereka lahir. Namun identitas nasional juga dapat diperoleh
melalui imigrasi dan naturalisasi. Mereka yang menjadi warga negara yang
berbeda dengan negara kelahiran mereka dapat mulai mengadopsi beberapa atau
semua aspek dari identitas negara tersebut, tergantung dari keterikatan mereka
dengan tanah air mereka yang baru. Sebagai alternnatif, mereka yang tinggal
secara permanen di negara lain juga dapat memiliki keterikatan yang kuat dengan
tanah air mereka. Identitas nasional akan terlihat ketika seseorang jauh dari
negara asalnya. Ketika ditanyakan dari mana ia datang, penjelajah internasional
biasanya menjawab dengan identitas nasionalnya-seperti “kami dari kanada”.
Namun, dalam beberapa kesempatan identitas lokal lebih menonjol daripada
identitas nasional. Misal: orang Texas lebih cenderung mengidentifikasi diri
mereka dari Texas dibandingkan dari “Amerika”. Peristiwa olahraga nasional dan
krisis internasional juga dapat menstimulasi perasaan kuat tentang identitas
nasional.
Identitas merupakan hal yang dinamis dan dapat
berubah secara kontekstual seiring berjalannya waktu. Di Negara Uni Eropa,
generasi yang lebih muda berpindah dari identitas nasional orang tua mereka dan
mengadopsi istilah identitas “Transnasional”. (Thomas Reid); orang mda dari
negara Ui Eropa cenderung menganggap “Eropa sebagai kampung halaman mereka”.
Banyak diantaranya negara yang menjadi rumah dari bagian macam kelompok budaya.
Namun satu kelompok biasanya mempunyai kekuasaan utama dan dering disebut
dengan budaya dominan, karena anggotanya mempertahankan kontrol terhadap
ekonomi, pemerintah, dan organisasi institusional, dimana kontrol tersebut
lebih mengarah pada pembentukan “karakter nasional”, dijelaskan oleh Allport
bahwa :
“karakter nasional” berarti bahwa
anggota suatu negara, tanpa memandang etnis, ras, agama, dan perbedaan
individual diantara mereka memiliki kesamaan dalam hal-hal yang fundamental
dari kepercayaan dan sikap lebih dari ketika mereka menjadi anggota negara
lain. Sehingga, karna itulah Amerika Serikat, budaya dominan beranggotakan
etnis Eropa bagian Barat dan ciri budaya yang timbul dari warisan tersebut
berasal dari negara secara keseluruhan dan dirujuk sebagai “karakter nasional”.
Identitas Regional
Perbedaan budaya di antara daerah yang
termanifestasi melalui etnis, bahasa, aksen, dialek, adat, makanan, pakaian
ataupun warisan sejarah, dan politik yang berbeda, hingga macam-macam karakteristik
yang ditunjukkan tersebut menjadi identitas regional setiap negara. Misal: meskipun total populasi di Belgia hanya lebih
dari 10 juta jiwa, negara tersebut memiliki 3 bahasa resmi-bahasa Belanda-
Prancis- dan Jerman.
Di Amerika Serikat, banyak identitas regional
terbatas oleh garis perbatasan dan hampir semua orang bangga dengan daerah
mereka. Identitas regional juga dapat ditandai oleh daerah geografis yang lebih
luas, misalnya: daerah New England, “down South”, “back East”, atau Midwest.
Berbeda dengan yang ada di Jepang, identitas regional di tandai oleh berbagai
dialek yang berbeda (Misalnya: Tokyo, Kansai, Tohoku). Dan beberapa dialek
tersebut (misalnya: Kagoshima dan Okinawa) sulit dimengerti oleh orang Jepang dari
daerah yang lain. Masyarakat Meksiko menyatakan identitas regional mereka
dengan memberitahukan bahwa mereka berasal dari Sinaloa, Michoacan, Oaxaca,
atau Meksiko City.
Identitas Organisasi
Dalam beberapa budaya, keanggotaan seseorang dalam
organisasi dapat menjadi sumber penting identitas. Hal tersebut benar dalam
budaya kolektif dan tidak demikian dalam budaya individualistis. Secara
pemahaman pentingnya identitas organisasi dapat dirasakan dan terjadi di negara
jepang, di negara jepang biasanya seorang pelayan restoran akan memakai pin di
bajunya yang terletak di dada. Hal itu menunjukkan agar tiap berkenalan dengan
orang lain maupun pelanggan, mereka akan mudah dikenal sebab organisasi yang
dinaungi. Namun hal terseut berbeda dengan Amerika, amerika tidak begitu mengeksistensikan
organisasi dengan sebuah identitas diri.
Identitas Pribadi
Identitas pribadi terdiri atas karakteristik yang
membuat seseorang berbeda dengan orang lain di kelompoknya, karakteristik yang
membuat unik dan bagaimana seseorang
tersebut memandang dirinya sendiri. Budaya turut berperan dalam menentukan
identitas pribadi. (Markus dan Kitayama); “orang dengan budaya yang berbeda
memiliki pandangan yang berbeda mengenai dirinya, orang lain, dan keterikatan
diantara keduanya. Orang yang berasal dari budaya yang individualistis
menunjukkan budayanya dengan orang lain, namun mereka yang berasal dari budaya
yang kolektif, cenderung menekankan keanggotaan mereka dengan dalam suatu
kelompok atau hubungan mereka dengan yang lainnya.
Identitas Dunia Maya dan Identitas Khayalan
Seorang psikolog Suler mengemukakan tentang internet
yang juga memungkinkan untuk memberi kesepatan lari dari batasan identitas
sehari-hari :
Salah satu hal yang menarik dari
internet adalah kesempatannya yang diberikan kepada manusia untuk menampilkan
dirinya dengan berbagai cara. Anda dapat mengubah gaya anda atau bereksperimen
sesuka hati anda dengan mengganti usia anda. Sejarah, kepribadian, penampilan
pribadi, bahkan jenis kelamin anda, ‘username ‘ yang anda pilih, informasi
mengenai diri anda yang anda beritahu dan yang anda rasakan, informasi yang
anda tampilkan dalam halaman web pribadi anda, pesona atau avatar yang anda gunakan dalam sebuah komunitas online—semua aspek penting dari
bagaimana orang mengatur identitas mereka dalam dunia maya”.
Internet memungkinkan seseorang untuk memilih dan
mempromosikan apa yang mereka pikirkan mengenai sisi positif dari identitas
mereka dan menghilangkan sisi negatif atau bahkan membentuk identitas yang
baru. (Surel); beberapa kelompok peserta online
memiliki “bentuk pesona khayalan”.
Dan kegilaan identitas buatan ini dapat menjadi begitu kuat, sehingga dapat
“mengambil hidup mereka”. Internet penuh dengan situs web, seperti facebook
yang memungkinkan penggunanya untuk membentuk identitas maya yang mungkin
berpengaruh untuk identitas mereka yang sebenarnya. Situs web second life
merupakan contoh lain dari situs web “dunia nyata” yang memfasilitasi
pembentukan identitas maya. Awalnya situs web ini berfungsi sebagai situs
jejaring sosial, dimana peserta membentuk avatar
untuk mewakili dirinya sendiri, hingga saat ini digunakan oleh
perusahaan-perusahaan untuk mengadakan rapat dengan karyawan mereka yang
bekerja di tempat yang jauh.
Identitas pribadi yang dipengaruhi oleh budaya,
menyangkut usia, agama, kelas sosial ekonomi, kemampuan fisik, atau status
minoritas. Bagaimanapun juga, identitas yang berbeda, cukup memberikan
seseorang pengetahuan mengenai rumitnya identitas tersebut dan bagaimana budaya
mempengaruhinya.
Memperoleh dan Mengembangkan Identitas
Identitas merupakan produk dari keanggotaan
seseorang dalam satu kelompok, sesuai dengan yang di katakan oleh
(Ting-Toomey); manusia memperoleh dan mengembangkan identitas mereka melalui
interaksi mereka dalam kelompok budaya mereka. Perkembangan identitas, menjadi
proses dalam keluarga dan sosialisasi
budaya yang dipengaruhi oleh budaya lain dan perkembangan pribadi. Identitas
awal seseorang berasal dari keluarga orang tersebut, dimana ia berlajar secara
budaya mengenai kepercayaan, nilai, dan peranan sosial yang tepat, bimbingan
dari anggota keluarga sudah dimulai ketika si anak masih muda, ketika mereka
mengajarkan pada anak-anak perilaku yang pantas untuk laki-laki dan perempuan.
Hal ini menamakan identitas gender. Interaksi dengan anggota keluarga besar
mengajarkan perilaku yang pantas antar usia , keluarga jugalah yang pertama
kali menanamkan konsep identitas pribadi atau kelompok.
Dari perspektif teoritis, phinney menawarkan model
tiga-tahap untuk memahami pertumbuhan identitas. Tahap pertama :
Identitas
etnis yang tidak diketahui, ditandai
oleh kurangnya eksplorasi terhadap etnisitas. selama tahap ini, seseorang tidak
tertarik untuk mengeksplorasi untuk menampilkan identitas pribadi mereka. Untuk
anggota dari budaya minoritas, ketidaktertarikan ini dapat berasal dari
keinginan untuk menyembunyikan identitas etnis mereka sendiri dalam usahanya
untukmengidentifikasi budaya yang lebih mayoritas.
Tahap
kedua, pencarian identitas etnis,
dimulai ketika seseorang mulai tertarik untuk mempelajari dan memahami
identitas etnis mereka sendiri. Pergerakan dari satu tahap ketahap yang
laindapat dipengaruhi oleh berbagai stimulasi. Pendiskriminsian dapat
menggerakkan anggota dari kelompok minoritas untuk menunjukkan etnis mereka
sendiri. Hal ini dapat mewujudkan beberapa kepercayaan dan nilai budaya
mayoritas yang merugikan anggota budaya minoritas, dan menstimulasi pergerakan
etnis seseorang.
Tahap
ketiga, pencapaian
etnis, diperoleh ketika seseorang memiliki pemahaman yang jelas dan
pasti mengenai budaya sendiri. Bagi anggota minoritas, hal ini biasanya datang
dengan kemampuan untuk berhubungan dengan diskriminasi dan stereotif negatif
secara efektif. Pencapaian identitas juga dapat memberikan rasa percaya diri
dan penghargaan terhadap diri sendiri.
(Martin dan Nakayama); membentuk empat tahap berbeda
dari model perkembangan identitas bagi anggota kelompok minoritas dan
mayoritas. Pada model minoritas, tahap pertama identitas yang tidak diketahui,
tahap penyesuaian, tahap resistensi dan pembedaaan, tahap integrasi. Pada
model mayoritas, tahap pertama identitas tidak diketahui, penerimaan,
resistensi, pendefinisian dan integrasi ulang. Identitas ras, etnis,
dan jenis kelamin seseorang didapatkan ketika seseorang lahir dan dianggap
sebagai warisan atau tidak sengaja.
Membentuk dan Menetapkan Identitas Budaya
Dengan berinteraksi dengan orang lain seseorang akan
terus menerus membentuk dan membentuk kembali identitas budayanya melalui
komunikasi. Seperti yang telah dikatakan Molden, “melalui komunikasilah kita
dapat mengekspresikan kesamaan dan ketidak samaan dengan yang lain. Kegunaan
komunikasi dalam membentuk dan menetapkan identitas dalam berbagai bentuk,
termasuk percakapan, peringatan sejarah,
musik, tarian, ritual, upacara dan berbagai
drama sosial”. Pertumbuhan identitas awal merupakan hasil dari interaksi
dengan anggota keluarga. Keluarga merupakan sumber cerita yang mengikat
seseorang dengan masa lalu dan memberikan ras identitas dan hubungan dengan
dunia ini. Identitas juga ditetapkan dan ditunjukkan dalam ritual budaya masa
pendewasaan yang digunakan untuk menolong remaja meningkatkan kesadaran
mengenai siapa mereka ketika mereka memasuki masa dewasa. Ketika dibentuk,
identitas dapat dinyatakan dalam banyak cara, mulai dari anak-anak, masa
remaja, dan masa dewasa. Seseorang dalam setiap budaya memiliki cara untuk
menunjukkan identitas agama maupun spiritualnya.
Identitas dalam Interaksi Antar Budaya
Menurut Hechtidentitas juga dipertahankan dan
dimodifikasi melalui interaksi sosial, identitas juga mlai mempengaruhi
interaaksi melalui perilaku yang memotivasi. Seseorang dapat masuk dan keluar
dari identitas yang berbeda ketika orang tersebut berinteraksi dengan orang
lain, dan dengan masing-masing identitas
dapat menggunakan sejumlah perilaku komunikatif yang sesuai dengan
identitas orang tersebut mengenai komunikasi yang benar dan sesuai dengan
berbagai latar sosial. Pemahaman dan ekspetasi ini berhubungan dengan budaya,
dan apa yang pantas dalam budaya seseorang bisa jadi tidak pantas dalam budaya
orang lain.
Menurut (callier); untuk dapat berkomunikasi secara
efektif dalam situasi antar budaya, identitas budaya yang diakui seseorang
serta gaya komunikasinya harus sesuai dengan identitas dan gaya yang
ditampilkan padanya oleh lawan bicaranya. Namun, karena gaya komunikasi yang
mungkin berbeda, masing-masing perilaku komunikasi harus mencari jalan tengah,
dan pencarian ini akan membutuhkan fleksibelitas adaptasi.
Identitas dalam Masyarakat Multikultural
Pengaruh seperti globalisasi, imigrasi, dan
perkawinan antar budaya meningkatkan percampuran budaya dan percampuran
tersebut menghasilkan orang-orang yang memiliki berbagai jenis identitas
budaya. (Chuang); identitas budaya menjadi kabur di tengah-tengah integrasi
budaya, interaksi bikultur, pernikahan antar-ras, dan proses adaptasi yang
saling menguntungkan. Martin, Nakayama, dan Flores juga mengatakan bahwa “orang
yang hidup diantara identitas budaya meningkat jumlahnya, yaitu orang yang
memiliki lebih dari satu identitas etnis, ras, atau agama.
Imigrasi, pernikahan antar budaya, dan kelahiran
multirasmenciptakan lingkungan sosial.
Kotkin dan Tseng berpendapat bahwa “tidak hanya ada pertumbuhan keinginan-dan
kemampuan- untuk melintasi budaya, namun juga evolusi dalam suatu negara dimana
identitas pribadinya lebih dibentuk oleh pilihan budaya dibandignkan oleh warna
kulit atau warisan etnisnya. (Hitts); ahli sosiologid menyebut tren evolusi
sebagai “perpindahan etnis” atau “belanja etnis” dan bahwa “semakin banyak
orang merasa nyaman untuk mengganti identitas yang mereka bawa sejak lahir maka
akan merasa nyaman pula jika mengganti lagi dengan identitas yang baru.
Isu mengenai identitas merupakan hal yang rumit dan
mungkin akan menjadi lebih rumit karena meningkatnya keanekaragaman budaya yang
terdapat dalam masyarakat sekarang ini. Pemahaman lama mengenai identitas
budaya yang tepat atau identitas yang ketinggalan jaman , identitas yang secara
cepat menjadi sebuah negosiasi yang diartikulasikan antara apa anda? Menurut
anda? Dan apa anda menurut orang lain.
Sisi Gelap dari Identitas
Persamaan dan perbedaan juga berperan dalam hubungan
sosial. “psikolog” yang mengadakan penelitian tentang daya tarik internasional menghasilkan
sebuah interuksi prinsip penting, semakin mirip seseorang dengan yang lainnya,
semakin suka meraka denga satu dan yang lainnya.
Ketika berhadapan dengan suatu hal yang tidak sama
dan tidak kita ketahui. Kita cenderung untuk memiliki stereotip, stereotip bisa
terjadi karena kita bertemu dangan banyak orang asing dan terkadang di hadapkan
pada kesempatan yang tidak lazim.
Pengertian Stereotip
Stereotip merupakan bentuk kompleks dari
pengelompokan yang secara mental mengatur pengalaman seseorang mengarahkan
sikap tersebut dalam menghadapi orang-orang tertentu. Hal ini untuk mengatur
gambaran-gambaran yang dimiliki kedalam suatu kategori yang pasti dan sederhana
yang digunakan untuk mewakili sekelompok orang. Psikolog Abbate, Boca, dan
Bocchiaro memberikan pengertian yang lebih formal: “stereotip merupakan susunan
kognitif yang mengandung pengetahuan, kepercayaan, dan harapan si penerima
mengenai kelompok sosial manusia”. Alasan mengapa stereotip itu begitu mudah
menyebar adalah karena manusia memiliki kebutuhan psikologis untuk
mengelompokkan dan mengklasifikasikan suatu hal. Dunia dimana kita tinggal ini
terlalu luas, teralalu kompleks, dan terlalu dinamis untuk anda ketahui secara
detail.
Stereotip dapat positif ataupun negatif. Stereotip
yang merujuk sekelompok orang sebagai orang malas, kasar, jahat, atau bodoh
jelas-jelas merupakan stereotip negatif. Tentu saja, ada stereotip yang
positif, seperti asumsi pelajar dari Asia yang pekerja keras, berkelakuan keras,
dan pandai. Bagaimanapun, karna stereotip mempersempit persepsi kita, maka
stereotip dapat mencemarkan komunikasi antar budaya. Hal ini karena stereotip cenderung
untuk menyamarkan ciri-ciri sekelompok orang. Misalnya, kita tahu bahwa tidak
semua pelajar Asia yang pekerja keras, dan pandai, dan tidak ada sekelompok
orang yang semuanya adalah pemalas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar