Kurangnya
media pembelajaran untuk anak-anak sebagai agen of change
Belajar
merupakan hal yang sudah biasa bahkan wajib di lakukan oleh siapapun dan dimanapun
tempat kita memperoleh suatu pengetahuan. Untuk belajar atau mendapatkan sebuah
pengajaran dan pengalaman yang hingga dulu orang menyebutnya belajar di
sekolah, di tempat les, bahkan hingga mendatangkan guru prifat. Di era 2014
kini bukanlah lagi menjadi patokan utama seseorang untuk tetap mengikuti hal
yang sama.
Seperti
halnya yang telah kita ketahui, semakin canggih dan semaraknya dunia IT, banyak
orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak dapat memperoleh pembelajaran dengan
mudah, bukan hanya di dalam ruang kelas, duduk, mendengarkan, mencatat,
kemudian mengembangkan apa yang di peroleh seorang pelajar dari pengajar. banyak
contoh IT yang dapat menunjang media pembelajaran untuk seseorang, diantaranya Handphone,
internet, televisi dan bermacam-macam penggunaan IT lainnya. Hal itu
menjadi sangat membantu dan bahkan sangat memudahkan orang dalam memperoleh
suatu pembelajaran yang mungkin belum di sampaikan seorang pengajar di dalam
kelas. Semisal dengan menggunakan Handphone, seseorang akan dengan
mudah mencari sebuah arti, definisi, perhitungan, mengingat mulai berkembangnya
prioritas kecanggihan teknologi dalam handphone yang dulu hanya dapat di pakai
untuk mengirim pesan singkat (SMS), dan televon, kini berganti nama Gadget
berbasis OS (Android) yang dengan mudah semua pengguna memakainya dan tidak
memakan benyak tempat untuk membawanya kemanapan seorang itu berada. Internet, dari adanya internet yang mampu mengakses
segala apa yang kita perlukan, hanya dengan mengetik sebuah kata yang ingin
kita ketahui maknanya melalui media computer, maka tidak menunggu waktu lama
semua yang di perlukan akan terjawab dengan adanya akses internet tersebut. Televisi
merupakan media elektronik yang sering di jumpai di rumah, menjadi
hiburan dari macam-macam tayangan yang di sajikan oleh pemilik media TV.
Seseorang dapat melihat beragam acara di tv, dari berita-berita yang di siarkan
langsung dari berbagai belahan dunia, acara-acara seputar berita negara hingga
tindakan pidana.
Dengan
kecanggihan teknologi di beberapa media elektronik tersebut menjadi hal yang
sangat membantu seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain. Namun tidak
menutup kemungkinan hal tersebut dapat berdampak negative bagi sebagian
pengguna media yang menggunakan kecanggihan teknologi tidak pada kadar
penempatannya. Kadang orang lalai bahwa setiap hal yang mampu menciptakan input
positif, di sisi lain akan terdapat output negative. Untuk sebagian pengguna
mungkin tau dan bahkan sadar akan pengaruh negative yang mereka peroleh dari
apa yang mereka gunakan dari berbagai bentuk media IT yang mereka pakai. Meski demikian banyak di antara mereka
yang memanfaatkan hal tersebut untuk kepuasan diri sendiri dalam artian
menyalahi penggunaan teknologi. Jika dalam media Internet ataupun Handphone
yang dapat dikatakan bersifat pribadi. Lain halnya jika output negative yang di
peroleh dari media Televisi. Media yang banyak di jumpai di berbagi kalangan
ini juga mampu menyajikan hal-hal negative bagi sebagian penggemar acara TV
tanpa membatasi acara yang layak dan tidak layak di konsumsi saat tayangan
berlangsung.
Dalam
acara tv banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan undang-undang penyiaran
yang telah di tetapkan. Terlebih pada tayangan untuk anak-anak. Hal ini
terbukti sering tampil dalam acara TV, film kartun yang biasa di gemari oleh
anak-anak yang masih duduk di bangku
Sekolah Dasar, pada umumnya film kartun yang mengandung hiburan bagi anak-anak
ini jika di amati secara umum maka akan menyenangkan, namun kadang orang tua
lalai untuk memberi batasan terhadap tayangan apa yang layak di konsumsi oleh
buah hatinya. Terbukti pada catatan 03 Mei 2007 terdapat cuplikan porno dalam
tayangan film sinchan di media Tv RCTI. Dalam adegan tersebut sang mama (Ibu
sinchan/ Nohara) bersama saudara
perempuannya memegang buah dada dan saling mempertimbangkan besar kecilnya buah
dada tersebut tepat di hadapan sinchan. Hal tersebut mungkin dapat di katakana
sepele karna cuplikan yang begitu singkat, namun jika di biarkan akan
berpengaruh besar bagi perkembangan anak baik secara fisik maupun mental.
Terdapat juga dalam serial kartun
Doraemon sesekali di tampilkan perkelahian antara aktor Giant dan Suneo, jika
hal tersebut di biarkan maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan meniru
adegan tersebut karna bersumber dari film favoritnya. Tidak hanya sampai itu
saja, dalam film kartun popeye, Tom and Jerry juga terdapat hal yang serupa.
Jika harus di ingat lagi semaraknya tayangan smack down yang bahkan untuk
kalangan dewasa juga berhasil dan sukses di tiru oleh anak-anak hingga masuk
dalam pemberitaan media TV. Adegan tersebut di tiru oleh anak-anak umumnya yang
menduduki sekolah dasar dengan alasan ingin mencoba gaya berkelahi yang di
anggap keren namun berakibat
fatal bahkan hingga mengalami patah tulang karna berkelahi ala smack down.
Sasuai dengan yang di tetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam BAB XVII Penggolongan Program Siaran Bagian Kedua Klasifikasi P Pasal 35
yang berbunyi “muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak
pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal
yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari”. Dan masih banyak lagi tayangan untuk
anak yang dinilai melewati batas ketetapan KPI.
Dalam
dunia pendidkan di era tahun 2014
ini, anak-anak sangatlah berperan penting sebagai agen penerus bangsa. Dimana
peran orang tualah yang sangat berpengaruh besar dalam pertumbuhan seorang
anak. Kemajuan
dunia teknologi yang semakin mudah di dapatkan tidak mengharuskan orang tua
untuk membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan secara langsung. Justru
hal ini menjadi momok yang sangat penting dalam menjalankan peran sebagai orang
tua. Cara tersebut yang juga
merupakan salah satu pembentukan konsep diri seorang anak. Dimana seseorang di
bentuk oleh lingkungan dan menghadapi orang lain sesuai dengan referensi yang
di dapatkannya. Jika saat ini orang tua membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa
pengawasan yang tepat maka akan berakibat buruk di masa remaja bahkan hingga
menuju dewasa.
Salah
satu cara orang tua yang dapat di contohkan dalam pembentukan konsep diri
seorang anak melalui
media Televisi adalah dengan membatasi tayangan-tayangan yang dapat menjadi
refernsi negative bagi sang anak. Mengingat tayangan-tayangan masa kini yang
semakin lumpuh dalam dunia pendidikan yang seharusnya mampu di dapatkan seorang
anak dalam media televisi.
Banyak tayangan televisi
saat ini yang lebih mengandung humor ketimbang hal yang mendidik. Selain itu
banyak kata-kata asing dalam pelafalan bunyi yang dibuat-buat sehingga
berpengaruh bagi anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya
moral anak menjadi semakin buruk tanpa adanya nilai-nilai positif dalam pergaulan
sehari-hari yang merupakan dampak
dari tayangan yang di konsumsi oleh anak.
Orang tua dapat mendampingi dan memberi pengarahan kepada sang anak tentang
tayangan apa yang sebaiknya layak untuk di konsumsi sang anak, hal ini bukan
berarti orang tua harus selalu stay
mendampingi buah hati di rumah tanpa melakukan hal apapun, sesekali pada saat
luang mungkin bagi orang tua yang
mempunyai kesibukan di luar, dapat
memberi pengawasan melalui telefon atau membatasi jam menonton telivisi kepada anak ketika orang tua
tidak ada dalam rumah. orang tua juga dapat menjajikan untuk memberi hadiah
kepada anak saat anak tersebut mendapat nilai tinggi sewaktu ulangan. Dengan
membelikan kaset-kaset DVD pembelajaran untuk anak-anak.
Jika di amati secacara umum, saat ini tayangan dalam
media televisi semakin melemah untuk pembelajaran seorang anak. Para pemilik
media lebih banyak menampilkan serial film film drama romantis untuk remaja,
gosip-gosip seputar selebritis tanah iar, tayangan-tayangan humor Live, dan
siaran-siaran tivi luar negeri. Setiap pagi berlangsung mulai pukul 05.00
hampir semua saluran TV menampilkan tayangan berita seputar tanah air hingga
keadaan geografis alam, dilanjutkan dengan gosip tentang selebriti manca
negara, acara masak memasak, serial film televisi. Mejelang tengah hari kembali
di tayangkan berita seputar tindakan pidana dan asusila dan kembali di
tayangkan berita gosip-gosip artis di tanah hiburan. Menjelang sore hari hingga
malam kembali di tayangkan serial film episode hingga humor-humor hiburan
keluarga. Hal semacam tersebut sangatlah tidak kondusif untuk anak, maka tidak
heran jika saat ini banyak anak-anak mulai dari yang baru dikatakan berumur
hingga lanjut usia terpengaruh oleh gaya, bahasa, dan budaya yang mulai melemah
dari kehidupan bersosialisasi antar sesama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar