Sabtu, 25 Oktober 2014

Kurangnya media pembelajaran untuk anak-anak sebagai agen of change FROM KAPRODI IKOM "SUROCHIM"

Kurangnya media pembelajaran untuk anak-anak sebagai agen of change
Belajar merupakan hal yang sudah biasa bahkan wajib di lakukan oleh siapapun dan dimanapun tempat kita memperoleh suatu pengetahuan. Untuk belajar atau mendapatkan sebuah pengajaran dan pengalaman yang hingga dulu orang menyebutnya belajar di sekolah, di tempat les, bahkan hingga mendatangkan guru prifat. Di era 2014 kini bukanlah lagi menjadi patokan utama seseorang untuk tetap mengikuti hal yang sama.
Seperti halnya yang telah kita ketahui, semakin canggih dan semaraknya dunia IT, banyak orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak dapat memperoleh pembelajaran dengan mudah, bukan hanya di dalam ruang kelas, duduk, mendengarkan, mencatat, kemudian mengembangkan apa yang di peroleh seorang pelajar dari pengajar. banyak contoh IT yang dapat menunjang media pembelajaran untuk seseorang, diantaranya Handphone, internet, televisi dan bermacam-macam penggunaan IT lainnya. Hal itu menjadi sangat membantu dan bahkan sangat memudahkan orang dalam memperoleh suatu pembelajaran yang mungkin belum di sampaikan seorang pengajar di dalam kelas. Semisal dengan menggunakan Handphone, seseorang akan dengan mudah mencari sebuah arti, definisi, perhitungan, mengingat mulai berkembangnya prioritas kecanggihan teknologi dalam handphone yang dulu hanya dapat di pakai untuk mengirim pesan singkat (SMS), dan televon, kini berganti nama Gadget berbasis OS (Android) yang dengan mudah semua pengguna memakainya dan tidak memakan benyak tempat untuk membawanya kemanapan seorang itu berada. Internet,  dari adanya internet yang mampu mengakses segala apa yang kita perlukan, hanya dengan mengetik sebuah kata yang ingin kita ketahui maknanya melalui media computer, maka tidak menunggu waktu lama semua yang di perlukan akan terjawab dengan adanya akses internet tersebut. Televisi merupakan media elektronik yang sering di jumpai di rumah, menjadi hiburan dari macam-macam tayangan yang di sajikan oleh pemilik media TV. Seseorang dapat melihat beragam acara di tv, dari berita-berita yang di siarkan langsung dari berbagai belahan dunia, acara-acara seputar berita negara hingga tindakan pidana.
Dengan kecanggihan teknologi di beberapa media elektronik tersebut menjadi hal yang sangat membantu seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain. Namun tidak menutup kemungkinan hal tersebut dapat berdampak negative bagi sebagian pengguna media yang menggunakan kecanggihan teknologi tidak pada kadar penempatannya. Kadang orang lalai bahwa setiap hal yang mampu menciptakan input positif, di sisi lain akan terdapat output negative. Untuk sebagian pengguna mungkin tau dan bahkan sadar akan pengaruh negative yang mereka peroleh dari apa yang mereka gunakan dari berbagai bentuk media IT yang mereka  pakai. Meski demikian banyak di antara mereka yang memanfaatkan hal tersebut untuk kepuasan diri sendiri dalam artian menyalahi penggunaan teknologi. Jika dalam media Internet ataupun Handphone yang dapat dikatakan bersifat pribadi. Lain halnya jika output negative yang di peroleh dari media Televisi. Media yang banyak di jumpai di berbagi kalangan ini juga mampu menyajikan hal-hal negative bagi sebagian penggemar acara TV tanpa membatasi acara yang layak dan tidak layak di konsumsi saat tayangan berlangsung.
Dalam acara tv banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan undang-undang penyiaran yang telah di tetapkan. Terlebih pada tayangan untuk anak-anak. Hal ini terbukti sering tampil dalam acara TV, film kartun yang biasa di gemari oleh anak-anak  yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pada umumnya film kartun yang mengandung hiburan bagi anak-anak ini jika di amati secara umum maka akan menyenangkan, namun kadang orang tua lalai untuk memberi batasan terhadap tayangan apa yang layak di konsumsi oleh buah hatinya. Terbukti pada catatan 03 Mei 2007 terdapat cuplikan porno dalam tayangan film sinchan di media Tv RCTI. Dalam adegan tersebut sang mama (Ibu sinchan/ Nohara) bersama saudara perempuannya memegang buah dada dan saling mempertimbangkan besar kecilnya buah dada tersebut tepat di hadapan sinchan. Hal tersebut mungkin dapat di katakana sepele karna cuplikan yang begitu singkat, namun jika di biarkan akan berpengaruh besar bagi perkembangan anak baik secara fisik maupun mental.
Terdapat juga dalam serial kartun Doraemon sesekali di tampilkan perkelahian antara aktor Giant dan Suneo, jika hal tersebut di biarkan maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan meniru adegan tersebut karna bersumber dari film favoritnya. Tidak hanya sampai itu saja, dalam film kartun popeye, Tom and Jerry juga terdapat hal yang serupa. Jika harus di ingat lagi semaraknya tayangan smack down yang bahkan untuk kalangan dewasa juga berhasil dan sukses di tiru oleh anak-anak hingga masuk dalam pemberitaan media TV. Adegan tersebut di tiru oleh anak-anak umumnya yang menduduki sekolah dasar dengan alasan ingin mencoba gaya berkelahi yang di anggap keren  namun berakibat fatal bahkan hingga mengalami patah tulang karna berkelahi ala smack down. Sasuai dengan yang di tetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam BAB XVII Penggolongan Program Siaran Bagian Kedua Klasifikasi P Pasal 35 yang berbunyi “muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari”. Dan masih banyak lagi tayangan untuk anak yang dinilai melewati batas ketetapan KPI.

Dalam dunia pendidkan di era tahun 2014 ini, anak-anak sangatlah berperan penting sebagai agen penerus bangsa. Dimana peran orang tualah yang sangat berpengaruh besar dalam pertumbuhan seorang anak. Kemajuan dunia teknologi yang semakin mudah di dapatkan tidak mengharuskan orang tua untuk membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan secara langsung. Justru hal ini menjadi momok yang sangat penting dalam menjalankan peran sebagai orang tua. Cara tersebut yang juga merupakan salah satu pembentukan konsep diri seorang anak. Dimana seseorang di bentuk oleh lingkungan dan menghadapi orang lain sesuai dengan referensi yang di dapatkannya. Jika saat ini orang tua membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan yang tepat maka akan berakibat buruk di masa remaja bahkan hingga menuju dewasa.
Salah satu cara orang tua yang dapat di contohkan dalam pembentukan konsep diri seorang anak melalui media Televisi adalah dengan membatasi tayangan-tayangan yang dapat menjadi refernsi negative bagi sang anak. Mengingat tayangan-tayangan masa kini yang semakin lumpuh dalam dunia pendidikan yang seharusnya mampu di dapatkan seorang anak dalam media televisi. Banyak tayangan televisi saat ini yang lebih mengandung humor ketimbang hal yang mendidik. Selain itu banyak kata-kata asing dalam pelafalan bunyi yang dibuat-buat sehingga berpengaruh bagi anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya moral anak menjadi semakin buruk tanpa adanya nilai-nilai positif dalam pergaulan sehari-hari yang merupakan dampak dari tayangan yang di konsumsi oleh anak. Orang tua dapat mendampingi dan memberi pengarahan kepada sang anak tentang tayangan apa yang sebaiknya layak untuk di konsumsi sang anak, hal ini bukan berarti orang tua harus selalu stay mendampingi buah hati di rumah tanpa melakukan hal apapun, sesekali pada saat luang  mungkin bagi orang tua yang mempunyai kesibukan di luar, dapat memberi pengawasan melalui telefon atau membatasi jam menonton telivisi kepada anak ketika orang tua tidak ada dalam rumah. orang tua juga dapat menjajikan untuk memberi hadiah kepada anak saat anak tersebut mendapat nilai tinggi sewaktu ulangan. Dengan membelikan kaset-kaset DVD pembelajaran untuk anak-anak.

Jika di amati secacara umum, saat ini tayangan dalam media televisi semakin melemah untuk pembelajaran seorang anak. Para pemilik media lebih banyak menampilkan serial film film drama romantis untuk remaja, gosip-gosip seputar selebritis tanah iar, tayangan-tayangan humor Live, dan siaran-siaran tivi luar negeri. Setiap pagi berlangsung mulai pukul 05.00 hampir semua saluran TV menampilkan tayangan berita seputar tanah air hingga keadaan geografis alam, dilanjutkan dengan gosip tentang selebriti manca negara, acara masak memasak, serial film televisi. Mejelang tengah hari kembali di tayangkan berita seputar tindakan pidana dan asusila dan kembali di tayangkan berita gosip-gosip artis di tanah hiburan. Menjelang sore hari hingga malam kembali di tayangkan serial film episode hingga humor-humor hiburan keluarga. Hal semacam tersebut sangatlah tidak kondusif untuk anak, maka tidak heran jika saat ini banyak anak-anak mulai dari yang baru dikatakan berumur hingga lanjut usia terpengaruh oleh gaya, bahasa, dan budaya yang mulai melemah dari kehidupan bersosialisasi antar sesama. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar