KURANGNYA MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK SEBAGAI
AGEN OF CHANGE
Oleh:
Irma Kumala Sari
120531100029
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Abstrak
Komunikasi merupakan sumber
utama seseorang dalam menyampaikan informasi dari satu orang kepada orang
lainnya. Informasi yang disampaikan dapat diperoleh dari berbagai macam bentuk
media, baik media massa cetak maupun elektronik. Penyampaian informasi yang
baik akan berpengaruh pada kehidupan khalayak (penikmat media), secara tidak
sadar, hasil pengamatan dari berbagai referensi yang diperoleh oleh khalayak
akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal penyampaian informasi
melalui komunikasi yang terus berkesinambungan pada orang lain, hal itu
sangatlah wajar bahkan umum dilakukan oleh semua orang. Kurangnya media
pembelajaran untuk anak yang mana dapat kita ketahui seorang anak adalah sumber
sekaligus harapan awal sebagai penerus bangsa. Banyaknya media-media saat ini
lebih mengutamakan lighting yang dapat ia peroleh dari khalayak, media lebih
memprioritaskan keuntungan untuk media itu sendiri dengan bermodalkan nidle
theory communication, hingga mungkin mengesampingkan pentingnya sebuah teori
permainan yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk anak
dalam usia yang masih memerlukan pengawasan khusus dalam menjalani kehidupan
yang akan datang.
Kata kunci: Media Pembelajaran, Anak, Agen Of Change.
Pendahuluan
Semaraknya tayangan-tayangan dalam dunia pertelevisian merupakan tahap awal
perubahan mindset dari seseorang akan pengaruh yang masuk dalam kehidupan
sehari-hari, hal tersebut secara umum untuk penikmat media mungkin tidak akan
sadar bahwa banyak hal yang mesti diperhatikan dan dipilah-pilah untuk
dikonsumsi. Anak-anak yang merupakan agen perubahan sekaligus penerus bangsa khususnya
untuk tidak mengkonsumsi tayangan-tayangan yang seharusnya tidak atau bahkan
belum waktunya untuk dikonsumsi.
Sebab adanya fenomena yang dapat kita lihat secara kasat mata tersebut, hal
itu menjadi lumrah akibat dari tayangan-tayangan media televisi yang telah
dikonsumsi. Sehingga perkembangan anak di usia dini akan sulit untuk di atur
dan mereka lebih menjalani hidupnya semaunya sendiri. Jika hal tersebut tetap
dilakukan dan masih wajar di jumpai dalam keseharian, maka sangatlah
memprihatinkan untuk kondisi penerus bangsa dimana anak-anaklah yang menjadi
aset utama yang di banggakan.
Untuk itu tujuan utama terkonsep hingga terbitnya artikel ini semata-mata untuk
kepedulian terhadap awak media dan para orang tua agar tetap memberi pengawasan
serta dibatasi tayangan apa saja yang layak dan tidak layak dikonsumsi oleh
seorang anak, karena seperti yang telah kita ketahui, anak merupakan agen untuk
penerus bangsa dalam waktu kedepan.
Bangkalan 18,
Juni, 2014
Penulis
Irma
Kumala Sari
Metode
penelititan
Metode penelitian ini (kurangnya media pembelajaran untuk
anak sebagai agen of change) didasari dengan menggunakan metedo kualitataif,
yaitu sesuai dengan keadaan nyata yang terjadi di masyarakat yang tentunya pada
kaum anak-anak. Karena tidak adanya pengendalian dari orang tua atau pengawasan
yang tepat sehingga membuat anak tidak memfilter apa yang seharusnya baik atau
buruk untuk dikonsumsi.
Hal tersebut sesuai dengan teori needle dalam ilmu
komunikasi yaitu dimana dalam teori tersebut pengaruh dari tayangan media massa
bersifat mempengaruhi secara langsung oleh pembaca ataupun pengamat media.
Pembahasan
Belajar merupakan hal yang sudah biasa bahkan wajib di
lakukan oleh siapapun dan dimanapun tempat kita memperoleh suatu pengetahuan.
Untuk belajar atau mendapatkan sebuah pengajaran dan pengalaman yang hingga
dulu orang menyebutnya belajar di sekolah, di tempat les, bahkan hingga
mendatangkan guru prifat. Di era 2014 kini bukanlah lagi menjadi patokan utama
seseorang untuk tetap mengikuti hal yang sama.
Seperti halnya yang telah kita ketahui, semakin canggih
dan semaraknya dunia IT, banyak orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak dapat
memperoleh pembelajaran dengan mudah, bukan hanya di dalam ruang kelas, duduk,
mendengarkan, mencatat, kemudian mengembangkan apa yang di peroleh seorang
pelajar dari pengajar. banyak contoh IT yang dapat menunjang media pembelajaran
untuk seseorang, diantaranya Handphone, internet, televisi dan bermacam-macam
penggunaan IT lainnya. Hal itu menjadi sangat membantu dan bahkan sangat
memudahkan orang dalam memperoleh suatu pembelajaran yang mungkin belum di
sampaikan seorang pengajar di dalam kelas. Semisal dengan menggunakan
Handphone, seseorang akan dengan mudah mencari sebuah arti, definisi,
perhitungan, mengingat mulai berkembangnya prioritas kecanggihan teknologi
dalam handphone yang dulu hanya dapat di pakai untuk mengirim pesan singkat
(SMS), dan televon, kini berganti nama Gadget berbasis OS (Android) yang dengan
mudah semua pengguna memakainya dan tidak memakan benyak tempat untuk
membawanya kemanapan seorang itu berada. Internet, dari adanya internet yang mampu mengakses
segala apa yang kita perlukan, hanya dengan mengetik sebuah kata yang ingin
kita ketahui maknanya melalui media computer, maka tidak menunggu waktu lama
semua yang di perlukan akan terjawab dengan adanya akses internet tersebut.
Televisi merupakan media elektronik yang sering di jumpai di rumah, menjadi
hiburan dari macam-macam tayangan yang di sajikan oleh pemilik media TV.
Seseorang dapat melihat beragam acara di tv, dari berita-berita yang di siarkan
langsung dari berbagai belahan dunia, acara-acara seputar berita negara hingga
tindakan pidana.
Dengan kecanggihan teknologi di beberapa media elektronik
tersebut menjadi hal yang sangat membantu seseorang dalam bersosialisasi dengan
orang lain. Namun tidak menutup kemungkinan hal tersebut dapat berdampak
negative bagi sebagian pengguna media yang menggunakan kecanggihan teknologi
tidak pada kadar penempatannya. Kadang orang lalai bahwa setiap hal yang mampu
menciptakan input positif, di sisi lain akan terdapat output negative. Untuk
sebagian pengguna mungkin tau dan bahkan sadar akan pengaruh negative yang
mereka peroleh dari apa yang mereka gunakan dari berbagai bentuk media IT yang
mereka pakai. Meski demikian banyak di
antara mereka yang memanfaatkan hal tersebut untuk kepuasan diri sendiri dalam
artian menyalahi penggunaan teknologi. Jika dalam media Internet ataupun
Handphone yang dapat dikatakan bersifat pribadi. Lain halnya jika output
negative yang di peroleh dari media Televisi. Media yang banyak di jumpai di
berbagi kalangan ini juga mampu menyajikan hal-hal negative bagi sebagian
penggemar acara TV tanpa membatasi acara yang layak dan tidak layak di konsumsi
saat tayangan berlangsung.
Dalam acara tv banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan
undang-undang penyiaran yang telah di tetapkan. Terlebih pada tayangan untuk
anak-anak. Hal ini terbukti sering tampil dalam acara TV, film kartun yang
biasa di gemari oleh anak-anak yang
masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pada umumnya film kartun yang mengandung
hiburan bagi anak-anak ini jika di amati secara umum maka akan menyenangkan,
namun kadang orang tua lalai untuk memberi batasan terhadap tayangan apa yang
layak di konsumsi oleh buah hatinya. Terbukti pada catatan 03 Mei 2007 terdapat
cuplikan porno dalam tayangan film sinchan di media Tv RCTI. Dalam adegan
tersebut sang mama (Ibu sinchan/ Nohara) bersama saudara perempuannya memegang
buah dada dan saling mempertimbangkan besar kecilnya buah dada tersebut tepat
di hadapan sinchan. Hal tersebut mungkin dapat di katakana sepele karna
cuplikan yang begitu singkat, namun jika di biarkan akan berpengaruh besar bagi
perkembangan anak baik secara fisik maupun mental.
Terdapat juga dalam serial kartun Doraemon sesekali di
tampilkan perkelahian antara aktor Giant dan Suneo, jika hal tersebut di
biarkan maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan meniru adegan tersebut
karna bersumber dari film favoritnya. Tidak hanya sampai itu saja, dalam film
kartun popeye, Tom and Jerry juga terdapat hal yang serupa. Jika harus di ingat
lagi semaraknya tayangan smack down yang bahkan untuk kalangan dewasa juga
berhasil dan sukses di tiru oleh anak-anak hingga masuk dalam pemberitaan media
TV. Adegan tersebut di tiru oleh anak-anak umumnya yang menduduki sekolah dasar
dengan alasan ingin mencoba gaya berkelahi yang di anggap keren namun berakibat fatal bahkan hingga mengalami
patah tulang karna berkelahi ala smack down. Sasuai dengan yang di tetapkan
oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam BAB XVII Penggolongan Program
Siaran Bagian Kedua Klasifikasi P Pasal 35 yang berbunyi “muatan yang mendorong
anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku
yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan
sehari-hari”. Dan masih banyak lagi tayangan untuk anak yang dinilai melewati
batas ketetapan KPI.
Dalam dunia pendidkan di era tahun 2014 ini, anak-anak
sangatlah berperan penting sebagai agen penerus bangsa. Dimana peran orang
tualah yang sangat berpengaruh besar dalam pertumbuhan seorang anak. Kemajuan
dunia teknologi yang semakin mudah di dapatkan tidak mengharuskan orang tua
untuk membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan secara langsung. Justru
hal ini menjadi momok yang sangat penting dalam menjalankan peran sebagai orang
tua. Cara tersebut yang juga merupakan salah satu pembentukan konsep diri
seorang anak. Dimana seseorang di bentuk oleh lingkungan dan menghadapi orang
lain sesuai dengan referensi yang di dapatkannya. Jika saat ini orang tua
membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan yang tepat maka akan berakibat
buruk di masa remaja bahkan hingga menuju dewasa.
Salah satu cara orang tua yang dapat di contohkan dalam
pembentukan konsep diri seorang anak melalui media Televisi adalah dengan
membatasi tayangan-tayangan yang dapat menjadi refernsi negative bagi sang
anak. Mengingat tayangan-tayangan masa kini yang semakin lumpuh dalam dunia
pendidikan yang seharusnya mampu di dapatkan seorang anak dalam media televisi.
Banyak tayangan televisi saat ini yang lebih mengandung humor ketimbang hal
yang mendidik. Selain itu banyak kata-kata asing dalam pelafalan bunyi yang
dibuat-buat sehingga berpengaruh bagi anak dan diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Akibatnya moral anak menjadi semakin buruk tanpa adanya
nilai-nilai positif dalam pergaulan sehari-hari yang merupakan dampak dari
tayangan yang di konsumsi oleh anak. Orang tua dapat mendampingi dan memberi
pengarahan kepada sang anak tentang tayangan apa yang sebaiknya layak untuk di
konsumsi sang anak, hal ini bukan berarti orang tua harus selalu stay
mendampingi buah hati di rumah tanpa melakukan hal apapun, sesekali pada saat
luang mungkin bagi orang tua yang
mempunyai kesibukan di luar, dapat memberi pengawasan melalui telefon atau
membatasi jam menonton telivisi kepada anak ketika orang tua tidak ada dalam
rumah. orang tua juga dapat menjajikan untuk memberi hadiah kepada anak saat
anak tersebut mendapat nilai tinggi sewaktu ulangan. Dengan membelikan
kaset-kaset DVD pembelajaran untuk anak-anak.
Jika di amati secacara umum, saat ini tayangan dalam
media televisi semakin melemah untuk pembelajaran seorang anak. Para pemilik
media lebih banyak menampilkan serial film film drama romantis untuk remaja,
gosip-gosip seputar selebritis tanah air, tayangan-tayangan humor Live, dan
siaran-siaran tivi luar negeri. Setiap pagi berlangsung mulai pukul 05.00
hampir semua saluran TV menampilkan tayangan berita seputar tanah air hingga
keadaan geografis alam, dilanjutkan dengan gosip tentang selebriti tanah air,
acara masak memasak, serial film televisi. Mejelang tengah hari kembali di
tayangkan berita seputar tindakan pidana dan asusila dan kembali di tayangkan
berita gosip-gosip artis di tanah hiburan. Menjelang sore hari hingga malam
kembali di tayangkan serial film episode hingga humor-humor hiburan keluarga.
Hal semacam tersebut sangatlah tidak kondusif untuk anak, maka tidak heran jika
saat ini banyak anak-anak mulai dari yang baru dikatakan berumur hingga lanjut
usia terpengaruh oleh gaya, bahasa, dan budaya yang mulai melemah dari
kehidupan bersosialisasi antar sesama.
Penutup
Kesimpulan: Demi terciptanya suatu pembenahan untuk
negara yang lebih maju, maka alangkah baikknya perulah sekecil mungkin baik
para pengamat media, lembaga negara maupun orang tua memberi pengawasan kepada
anak-anak agar tidak mendapat referensi yang mampu membentuk mereka menjadi
pribadi yang tidak di harapkan untuk bangsa, karna bagaimanapun juga, anak
tetap merupakan agen penerus bangsa yang mana untuk memimpin negara indonesia
menjadi negara yang lebih baik dari pemimpin-pemimpin sebelumnya. Tentunya hal
tersebut tidak luput dari pengawasan-pengawasan orang tua maupun dari pihak
luar agar tidak mendapat referensi yang salah dalam pembentukan karakter dan
pemikiran seorang anak.
Saran: Anak-anak tetap berada pada pengawasan orang tua,
sebagaimana orang tua yang akan sering menjumpai anak didalam rumah, namun hal
tersebut tetap harus ada kesepakatan dari badan pengawasan dan perlindungan
anak serta para pengamat media untuk bekerja sama akan proses perkembangannya
seorang anak demi kebaikan dan kemaslahatan bersama dalam waktu panjang.
Daftar Pustaka
Mulyana, Dedy, Ilmu
Komunikasi, Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000
Tidak ada komentar:
Posting Komentar