Sabtu, 25 Oktober 2014

KURANGNYA MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK ANAK SEBAGAI AGEN OF CHANGE

KURANGNYA MEDIA PEMBELAJARAN  UNTUK ANAK  SEBAGAI AGEN OF CHANGE
Oleh:
Irma Kumala Sari
120531100029
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
Abstrak
Komunikasi merupakan sumber utama seseorang dalam menyampaikan informasi dari satu orang kepada orang lainnya. Informasi yang disampaikan dapat diperoleh dari berbagai macam bentuk media, baik media massa cetak maupun elektronik. Penyampaian informasi yang baik akan berpengaruh pada kehidupan khalayak (penikmat media), secara tidak sadar, hasil pengamatan dari berbagai referensi yang diperoleh oleh khalayak akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal penyampaian informasi melalui komunikasi yang terus berkesinambungan pada orang lain, hal itu sangatlah wajar bahkan umum dilakukan oleh semua orang. Kurangnya media pembelajaran untuk anak yang mana dapat kita ketahui seorang anak adalah sumber sekaligus harapan awal sebagai penerus bangsa. Banyaknya media-media saat ini lebih mengutamakan lighting yang dapat ia peroleh dari khalayak, media lebih memprioritaskan keuntungan untuk media itu sendiri dengan bermodalkan nidle theory communication, hingga mungkin mengesampingkan pentingnya sebuah teori permainan yang berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari khususnya untuk anak dalam usia yang masih memerlukan pengawasan khusus dalam menjalani kehidupan yang akan datang.

Kata kunci: Media Pembelajaran, Anak, Agen Of Change.
Pendahuluan
Semaraknya tayangan-tayangan dalam dunia pertelevisian merupakan tahap awal perubahan mindset dari seseorang akan pengaruh yang masuk dalam kehidupan sehari-hari, hal tersebut secara umum untuk penikmat media mungkin tidak akan sadar bahwa banyak hal yang mesti diperhatikan dan dipilah-pilah untuk dikonsumsi. Anak-anak yang merupakan agen perubahan sekaligus penerus bangsa khususnya untuk tidak mengkonsumsi tayangan-tayangan yang seharusnya tidak atau bahkan belum waktunya untuk dikonsumsi.
Sebab adanya fenomena yang dapat kita lihat secara kasat mata tersebut, hal itu menjadi lumrah akibat dari tayangan-tayangan media televisi yang telah dikonsumsi. Sehingga perkembangan anak di usia dini akan sulit untuk di atur dan mereka lebih menjalani hidupnya semaunya sendiri. Jika hal tersebut tetap dilakukan dan masih wajar di jumpai dalam keseharian, maka sangatlah memprihatinkan untuk kondisi penerus bangsa dimana anak-anaklah yang menjadi aset utama yang di banggakan.
Untuk itu tujuan utama terkonsep hingga terbitnya artikel ini semata-mata untuk kepedulian terhadap awak media dan para orang tua agar tetap memberi pengawasan serta dibatasi tayangan apa saja yang layak dan tidak layak dikonsumsi oleh seorang anak, karena seperti yang telah kita ketahui, anak merupakan agen untuk penerus bangsa dalam waktu kedepan.

                        Bangkalan 18, Juni, 2014
                                                                                                                                                                        Penulis

                                                                                                               Irma Kumala Sari
Metode penelititan
Metode penelitian ini (kurangnya media pembelajaran untuk anak sebagai agen of change) didasari dengan menggunakan metedo kualitataif, yaitu sesuai dengan keadaan nyata yang terjadi di masyarakat yang tentunya pada kaum anak-anak. Karena tidak adanya pengendalian dari orang tua atau pengawasan yang tepat sehingga membuat anak tidak memfilter apa yang seharusnya baik atau buruk untuk dikonsumsi.
Hal tersebut sesuai dengan teori needle dalam ilmu komunikasi yaitu dimana dalam teori tersebut pengaruh dari tayangan media massa bersifat mempengaruhi secara langsung oleh pembaca ataupun pengamat media.
Pembahasan
Belajar merupakan hal yang sudah biasa bahkan wajib di lakukan oleh siapapun dan dimanapun tempat kita memperoleh suatu pengetahuan. Untuk belajar atau mendapatkan sebuah pengajaran dan pengalaman yang hingga dulu orang menyebutnya belajar di sekolah, di tempat les, bahkan hingga mendatangkan guru prifat. Di era 2014 kini bukanlah lagi menjadi patokan utama seseorang untuk tetap mengikuti hal yang sama.
Seperti halnya yang telah kita ketahui, semakin canggih dan semaraknya dunia IT, banyak orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak dapat memperoleh pembelajaran dengan mudah, bukan hanya di dalam ruang kelas, duduk, mendengarkan, mencatat, kemudian mengembangkan apa yang di peroleh seorang pelajar dari pengajar. banyak contoh IT yang dapat menunjang media pembelajaran untuk seseorang, diantaranya Handphone, internet, televisi dan bermacam-macam penggunaan IT lainnya. Hal itu menjadi sangat membantu dan bahkan sangat memudahkan orang dalam memperoleh suatu pembelajaran yang mungkin belum di sampaikan seorang pengajar di dalam kelas. Semisal dengan menggunakan Handphone, seseorang akan dengan mudah mencari sebuah arti, definisi, perhitungan, mengingat mulai berkembangnya prioritas kecanggihan teknologi dalam handphone yang dulu hanya dapat di pakai untuk mengirim pesan singkat (SMS), dan televon, kini berganti nama Gadget berbasis OS (Android) yang dengan mudah semua pengguna memakainya dan tidak memakan benyak tempat untuk membawanya kemanapan seorang itu berada. Internet,  dari adanya internet yang mampu mengakses segala apa yang kita perlukan, hanya dengan mengetik sebuah kata yang ingin kita ketahui maknanya melalui media computer, maka tidak menunggu waktu lama semua yang di perlukan akan terjawab dengan adanya akses internet tersebut. Televisi merupakan media elektronik yang sering di jumpai di rumah, menjadi hiburan dari macam-macam tayangan yang di sajikan oleh pemilik media TV. Seseorang dapat melihat beragam acara di tv, dari berita-berita yang di siarkan langsung dari berbagai belahan dunia, acara-acara seputar berita negara hingga tindakan pidana.
Dengan kecanggihan teknologi di beberapa media elektronik tersebut menjadi hal yang sangat membantu seseorang dalam bersosialisasi dengan orang lain. Namun tidak menutup kemungkinan hal tersebut dapat berdampak negative bagi sebagian pengguna media yang menggunakan kecanggihan teknologi tidak pada kadar penempatannya. Kadang orang lalai bahwa setiap hal yang mampu menciptakan input positif, di sisi lain akan terdapat output negative. Untuk sebagian pengguna mungkin tau dan bahkan sadar akan pengaruh negative yang mereka peroleh dari apa yang mereka gunakan dari berbagai bentuk media IT yang mereka  pakai. Meski demikian banyak di antara mereka yang memanfaatkan hal tersebut untuk kepuasan diri sendiri dalam artian menyalahi penggunaan teknologi. Jika dalam media Internet ataupun Handphone yang dapat dikatakan bersifat pribadi. Lain halnya jika output negative yang di peroleh dari media Televisi. Media yang banyak di jumpai di berbagi kalangan ini juga mampu menyajikan hal-hal negative bagi sebagian penggemar acara TV tanpa membatasi acara yang layak dan tidak layak di konsumsi saat tayangan berlangsung.
Dalam acara tv banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan undang-undang penyiaran yang telah di tetapkan. Terlebih pada tayangan untuk anak-anak. Hal ini terbukti sering tampil dalam acara TV, film kartun yang biasa di gemari oleh anak-anak  yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, pada umumnya film kartun yang mengandung hiburan bagi anak-anak ini jika di amati secara umum maka akan menyenangkan, namun kadang orang tua lalai untuk memberi batasan terhadap tayangan apa yang layak di konsumsi oleh buah hatinya. Terbukti pada catatan 03 Mei 2007 terdapat cuplikan porno dalam tayangan film sinchan di media Tv RCTI. Dalam adegan tersebut sang mama (Ibu sinchan/ Nohara) bersama saudara perempuannya memegang buah dada dan saling mempertimbangkan besar kecilnya buah dada tersebut tepat di hadapan sinchan. Hal tersebut mungkin dapat di katakana sepele karna cuplikan yang begitu singkat, namun jika di biarkan akan berpengaruh besar bagi perkembangan anak baik secara fisik maupun mental.
Terdapat juga dalam serial kartun Doraemon sesekali di tampilkan perkelahian antara aktor Giant dan Suneo, jika hal tersebut di biarkan maka tidak menutup kemungkinan seorang anak akan meniru adegan tersebut karna bersumber dari film favoritnya. Tidak hanya sampai itu saja, dalam film kartun popeye, Tom and Jerry juga terdapat hal yang serupa. Jika harus di ingat lagi semaraknya tayangan smack down yang bahkan untuk kalangan dewasa juga berhasil dan sukses di tiru oleh anak-anak hingga masuk dalam pemberitaan media TV. Adegan tersebut di tiru oleh anak-anak umumnya yang menduduki sekolah dasar dengan alasan ingin mencoba gaya berkelahi yang di anggap keren  namun berakibat fatal bahkan hingga mengalami patah tulang karna berkelahi ala smack down. Sasuai dengan yang di tetapkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dalam BAB XVII Penggolongan Program Siaran Bagian Kedua Klasifikasi P Pasal 35 yang berbunyi “muatan yang mendorong anak belajar tentang perilaku yang tidak pantas dan/atau membenarkan perilaku yang tidak pantas tersebut sebagai hal yang lumrah dalam kehidupan sehari-hari”. Dan masih banyak lagi tayangan untuk anak yang dinilai melewati batas ketetapan KPI.

Dalam dunia pendidkan di era tahun 2014 ini, anak-anak sangatlah berperan penting sebagai agen penerus bangsa. Dimana peran orang tualah yang sangat berpengaruh besar dalam pertumbuhan seorang anak. Kemajuan dunia teknologi yang semakin mudah di dapatkan tidak mengharuskan orang tua untuk membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan secara langsung. Justru hal ini menjadi momok yang sangat penting dalam menjalankan peran sebagai orang tua. Cara tersebut yang juga merupakan salah satu pembentukan konsep diri seorang anak. Dimana seseorang di bentuk oleh lingkungan dan menghadapi orang lain sesuai dengan referensi yang di dapatkannya. Jika saat ini orang tua membiarkan buah hatinya tumbuh tanpa pengawasan yang tepat maka akan berakibat buruk di masa remaja bahkan hingga menuju dewasa.
Salah satu cara orang tua yang dapat di contohkan dalam pembentukan konsep diri seorang anak melalui media Televisi adalah dengan membatasi tayangan-tayangan yang dapat menjadi refernsi negative bagi sang anak. Mengingat tayangan-tayangan masa kini yang semakin lumpuh dalam dunia pendidikan yang seharusnya mampu di dapatkan seorang anak dalam media televisi. Banyak tayangan televisi saat ini yang lebih mengandung humor ketimbang hal yang mendidik. Selain itu banyak kata-kata asing dalam pelafalan bunyi yang dibuat-buat sehingga berpengaruh bagi anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya moral anak menjadi semakin buruk tanpa adanya nilai-nilai positif dalam pergaulan sehari-hari yang merupakan dampak dari tayangan yang di konsumsi oleh anak. Orang tua dapat mendampingi dan memberi pengarahan kepada sang anak tentang tayangan apa yang sebaiknya layak untuk di konsumsi sang anak, hal ini bukan berarti orang tua harus selalu stay mendampingi buah hati di rumah tanpa melakukan hal apapun, sesekali pada saat luang  mungkin bagi orang tua yang mempunyai kesibukan di luar, dapat memberi pengawasan melalui telefon atau membatasi jam menonton telivisi kepada anak ketika orang tua tidak ada dalam rumah. orang tua juga dapat menjajikan untuk memberi hadiah kepada anak saat anak tersebut mendapat nilai tinggi sewaktu ulangan. Dengan membelikan kaset-kaset DVD pembelajaran untuk anak-anak.
Jika di amati secacara umum, saat ini tayangan dalam media televisi semakin melemah untuk pembelajaran seorang anak. Para pemilik media lebih banyak menampilkan serial film film drama romantis untuk remaja, gosip-gosip seputar selebritis tanah air, tayangan-tayangan humor Live, dan siaran-siaran tivi luar negeri. Setiap pagi berlangsung mulai pukul 05.00 hampir semua saluran TV menampilkan tayangan berita seputar tanah air hingga keadaan geografis alam, dilanjutkan dengan gosip tentang selebriti tanah air, acara masak memasak, serial film televisi. Mejelang tengah hari kembali di tayangkan berita seputar tindakan pidana dan asusila dan kembali di tayangkan berita gosip-gosip artis di tanah hiburan. Menjelang sore hari hingga malam kembali di tayangkan serial film episode hingga humor-humor hiburan keluarga. Hal semacam tersebut sangatlah tidak kondusif untuk anak, maka tidak heran jika saat ini banyak anak-anak mulai dari yang baru dikatakan berumur hingga lanjut usia terpengaruh oleh gaya, bahasa, dan budaya yang mulai melemah dari kehidupan bersosialisasi antar sesama.


Penutup
Kesimpulan: Demi terciptanya suatu pembenahan untuk negara yang lebih maju, maka alangkah baikknya perulah sekecil mungkin baik para pengamat media, lembaga negara maupun orang tua memberi pengawasan kepada anak-anak agar tidak mendapat referensi yang mampu membentuk mereka menjadi pribadi yang tidak di harapkan untuk bangsa, karna bagaimanapun juga, anak tetap merupakan agen penerus bangsa yang mana untuk memimpin negara indonesia menjadi negara yang lebih baik dari pemimpin-pemimpin sebelumnya. Tentunya hal tersebut tidak luput dari pengawasan-pengawasan orang tua maupun dari pihak luar agar tidak mendapat referensi yang salah dalam pembentukan karakter dan pemikiran seorang anak.
Saran: Anak-anak tetap berada pada pengawasan orang tua, sebagaimana orang tua yang akan sering menjumpai anak didalam rumah, namun hal tersebut tetap harus ada kesepakatan dari badan pengawasan dan perlindungan anak serta para pengamat media untuk bekerja sama akan proses perkembangannya seorang anak demi kebaikan dan kemaslahatan bersama dalam waktu panjang.
Daftar Pustaka

Mulyana, Dedy, Ilmu Komunikasi, Suatu Pengantar, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar