Psikologi Komunikasi
Sistem Komunikasi Intrapersonal

Universitas Trunojoyo Madura
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya
Ilmu Komunikasi
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kelompok kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul
“Sistem
Komunikasi Intrapersonal”
makalah ini diharapkan bisa menjelaskan dan membuat pembaca
yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, tentang
rentetan
atau tahapan dari Sistem Komunikasi Intrapersonal.
Kelompok kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak
yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai
akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Penyusun
Bab
I
Pendahuluan
Sekilas sistem komunikasi Intrapersonal
Banyak hal yang biasa di lakukan oleh orang
untuk berkomunikasi termasuk salah satunya berkomunikasi dengan dirinya sendiri yang sering
juga disebut dengan komunikasi intrapersonal.hal ini lah dimana kita
benar-benar di hadapkan dengan diri kita sendiri, pikiran kita sendiri. Dalam
situasi ini kita bisa merasakan rileks, tenang, atau bahkan cenderung menutup
diri dari lingkungan.
Sehubungan dengan system komunikasi intrapersonal
yang ada pada saat ini, ada beberapa poin yang menarik untuk diketahui para
pembaca, mulai dari definisi, unsur apa saja yang harus dipenuhi untuk
mewujudkan system komunikasi intrapersonal?
ciri-ciri system komunikasi intrapersonal,
teori apa saja yang digunakan dalam system komunikasi
intrapersonal?
Tujuan
ü
Apa
itu komunikasi intrapersonal.
ü Untuk mengetahui apa saja
sistem komunikasin intrapersonal.
ü Bagaimana komunikasi intrapersonal
bisa terjadi.
ü
Apa
saja bagian komunikasin intrapersonal.
Bab II
Pembahasan
sistem komunikasi intrapersonal
Setiap orang mempersepsi stimuli sesuai dengan karakteristik personalnya. Dalam
ilmu komunikasi, pesan diberi makna berlainan oleh orang yang berbeda. Words
don’t mean, people mean. Kata-kata tidak mempunyai makna, oranglah yang memberi
makna. Komunikasi intrapersonal meliputi sensasi, persepsi, memori, dan
berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli. Persepsi adalah proses
memberi makna pada sensasi sehingga manusia memperoleh pengetahuan baru. Dengan
kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses
menyimpan informasi dan memanggilnya kembali. Berfikir adalah mengolah dan
memanipulasikan informasi untuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respons.
1. Sensasi
Sensasi berasal dari kata “sense” artinya, alat
pengindraan yang menghubungkan organisme dengan lingkungannya. Menurut B.
Wolman, sensasi adalah pengalaman elementer yang segera, yang tidak memerlukan
penguraian verbal, simbolis, atau konseptual, dan terutama sekali berhubungan
dengan kegiatan alat indera. Fungsi alat indera dalam menerima informasi dari
lingkungan sangat penting. Melalui alat indera, manusia dapat memahami kualitas
fisik lingkungannya, memperoleh pengetahuan dan semua kemampuan untuk
berinteraksi dengan dunianya.
Definisi
sensasi, fungsi alat indera dalam menerima informasi dari lingkungan sangat
penting. Kita mengenal lima alat indera atau pancaindera. Kita mengelompokannya
pada tiga macam indera penerima, sesuai dengan sumber informasi. Sumber
informasi boleh berasal dari dunia luar (eksternal) atau dari dalam diri
(internal). Informasi dari luar diindera oleh eksteroseptor (misalnya, telinga
atau mata). Informasi dari dalam diindera oleh ineroseptor (misalnya, system
peredaran darah). Gerakan tubuh kita sendiri diindera oleh propriseptor
(misalnya, organ vestibular).
2. Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa,
atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi
(sensory stimuli). Sensasi adalah bagina dari persepsi. Meskipun begitu,
menafsirkan makna inderawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori. (Desiderato, 1976:129) Seperti juga sensasi,
persepsi juga ditentukan oleh faktor personal dan faktor situasional. David
Krech dan Richard S Crutchfield menyebutnya faktor fungsional dan faktor
struktural. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi persepsi antara lain adalah
perhatian.
3.Perhatian
(atensi )
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau
rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya
melemah (Kenneth Anderson, 1972:46). Apa yang kita perhatikan ditentukan oleh
faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut
sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau menarik perhatian
(attention getter). Sebuah stimuli diperhatikan karena memiliki sifat-sifat
yang menonjol, antara lain:
a. Gerakan
Manusia secara visual lebih tertarik pada objek-objek yang bergerak.
b. Intensitas stimuli
Kita akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol daripada stimuli yang
lainnya.
c. Kebaruan (Novelty)
Hal-hal yang baru, yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian.
d. Perulangan
Hal-hal yang disajikan berkali-kali, bila disertai dengan sedikit variasi, akan
menarik
perhatian.
Faktor-faktor internal yang mempengaruhi perhatian seseorang terhadap sebuah
sebuah
stimuli antara lain:
a. Faktor-faktor biologis
b. Faktor-faktor sosiopsikologis
c. Motif sosiogenis, sikap, kebiasaan, dan kemauan
Faktor-faktor Fungsional yang Menentukan Persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa
lalu dan hal-hal lain yang termasuk yang kita sebut sebagai faktor-faktor
personal. Yang menentukan persepsi bukanlah jenis atau bentuk stimuli, tetapi
karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu. Dari sini, Krech
dan Crutchfield merumuskan dalil persepsi yang pertama: persepsi bersifat
selektif secara fungsional. Dalil ini berarti bahwa objek-objek yang mendapat
tekanan dalam persepsi kita biasanya objek-objek yang memenuhi tujuan individu
yang melakukan persepsi. Secara hipnotis, diciptakan tiga macam suasana
emosional: suasana bahagia, suasana kritis, dan suasana gelisah.
Kerangka Rujukan (Frame of Reference)
Faktor-faktor fungsional yang mempengaruhi persepsi
lazim disebut sebagai kerangka rujukan. Wever dan Zener menunjukkan bahwa
penilaian terhadap objek dalam hal beratnya bergantung pada rangkaian objek
yang dinilainya. Kerangka rujukan mempengaruhi bagaimana orang memberi makna
pada pesan yang diterimanya. Menurut McDavid dan Harari (1968:140), para
psikolog menganggap konsep kerangka rujukan amat berguna untuk menganalisa
interpretasi perseptual dari peristiwa yang dialami.
Faktor-faktor
Struktural yang Menentukan Persepsi
Faktor-faktor
struktural
berasal semata-mara dari sifat
stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya
pada system saraf individu. Para psikolog Gestalat, seperti Kohler, Wartheimer,
dan Koffka, merumuskan prinsip-prinsip persepsi yang bersifat structural.
Prinsip-prinsip ini kemundian terkenal dengan nama teori Gestalt. Menurut teori
Gestalt, mempersepsi sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhan.
Dengan kata lain, kita tidak melihat bagian-bagiannya. Jika kia ingin memahami
suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah; kita
harus memandangnya dalam hubungan keseluruhan.
Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield melahirkan
dalil persepsi yang kedua: medan perseptual dan kognitif selalu diorganisasikan
dan diberi arti. Kita mengorganisasikan stimuli dengan melihat konteksnya.
Walaupun stimuli yang kita terima itu tidak lengkap, kita akan mengisinya
dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimuli yang kita persepsi.
Dalam hubungannya dengan konteks, Krech dan Crutchfield menyebutkan dalil
persepsi yang ketiga: sifat-sifat perseptual dan kognitif dari substruktur
ditentukan pada umumnya oleh sifat-sifat struktur secara keseluruhan. Menurut
dalil ini, jika individu dianggap sebagai anggota kelompok, semua sifat
individu yang berkaitan dengan sifat kelompok akan dipengaruhi oleh keanggotaan
kelompoknya, dengan efek yang berupa asimilasi atau kontras.
Asimilasi terjadi jika sifat-sifat kelompok
menonjolkan atau melemahkan diri individu. Sedangkan kontras terjadi bila kita
melihat sifat-sifar objek persepsi kita bertolak belakang dengan sifat-sifat
kelompoknya. Karena manusia selalu memandang stimuli dalam konteksnya, dalam
strukturnya, maka ia pun akan mencoba mencari struktur pada rangkaian stimuli.
Sturktur ini diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau
persamaan. Prinsip kedekatan menyatakan bahwa stimuli yang berdekatan satu sama
lain akan dianggap satu kelompok. Dari prinsip ini, Krech dan Crutchfield
menyebutkan dalil persepsi yang keempat: objek atau peristiwa yang berdekatan
dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi
sebagai bagian dari struktur yang sama.
Pada persepsi sosial, pengelompokkan tidak murni
struktural, sebab apa yang dianggap sama atau berdekatan oleh seorang individu
tidaklah dianggap sama atau berdekatan oleh individu yang lain. Kebudayaan juga
berperan dalam melihat kesamaan. Pengelompokkan kultural erat kaitannya denga
label; dan yang kita beri label yang sama cenderung dipersepsi sama. Jadi,
kedekatan dalam ruang dan waktu menyebabkan stimuli ditanggapi sebagai bagian
dari struktur yang sama. Sering terjadi hal-hal yang berdekatan juga dianggap
berkaitan atau mempunyai hubungan sebab akibat. Menurut Krech dan Crutchfield,
kecenderungan untuk mengelompokkan stimuli berdasarkan kesamaan dan kedekatan
adalah hal yang universal.
DAFTAR PUSTAKA
Rakhmat, J. (2007). Psikologi Komunikasi. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar