Sabtu, 25 Oktober 2014

Komunikasi Politik Komunikator Politik

Makalah
Komunikasi Politik
Komunikator Politik
UTM baru.jpg
Oleh :
Adinda Sekar Amanda (120531100004)
Koko Dharmanto         (120531100005)
Rate Iwatul A.              (120531100016)
Nova Andriyanto          (120531100024)
Irma Kumala Sari          (120531100029)
Firman Nurdiansyah      (120531100036)

Prodi Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Komunikasi
Universitas Trunojoyo Madura
2013



Kata Pengantar


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya .
Makalah ini berisi tentang masalah yang dialami dalam sebuah Komunikasi Politik dan berbagai hal yang terkait di dalamnya seperti Komunikator Politik, karakteristik komunikator politik dan ketidakpastian dalam peran komunikator politik. Tidak ada yang sempurna didunia ini, termasuk makalah ini yang menurut kami masih kurang sempurna. Karena itu masukan maupun kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kita kita tunggu demi hasil yang lebih baik untuk kedepanya.
Sekali lagi kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kegiatan belajar yang akan datang.


Bangkalan, 22 September 2013

Penyusun

Daftar Isi :

Kata Pengantar.............................................................................................................................. 2
Kesimpulan.................................................................................................................................. 10





*      Komunikator Politik

A.     Pemimpin dan opini publik


Salah satu ciri komunikasi ialah orang jarang dapat menghindar dari keturutsertaanya, bahkan ketika hanya seorangpun itu dapat disebut komunikasi.  Karena itu kita semua adalah komunitor. Begitu pila siapa yang ada dalam setting politik adalah komunikator politik. Proses opini-komunikasi begitu serba mencakup sehingga setiap orang diantara kita sekurang-kurangya memiliki potensi untuk menjadi komunikator politik. Meskipun mengakui bahwa setiap orang boleh berkomunikasi tentang politik, kita mengakui bahwa  relatif sedikit yang berbuat demikian, setidak-tidaknya yang melakukan secara tetap dan sinambung. Mereka yang relatif sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik; mereka adalah pemimpin dalam proses opini.

        I.            Mengidentifikasi Komunikator Utama Dalam Politik

Seorang pengamat komunikasi massa yang cermat, telah mengeluh bahwa banyak studi komunikasi mengabaikan satu karakteristik proses yang penting, yaitu bahwa komunikasi terjadi didalam suatu matriks sosial. Situasi tempat komunikasi bermula, berkembang, dan berlangsung menerus adalah situasi sosial : hubungan antara komunikator dan khalayak adalah bagian integral dari sistem sosial ini. Para perumus teori terlalu mudah mengabaikan” komunikator massa sebagai orang yang menduduki posisi penting yang peka didalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan memilih informasi yang semuanya terjadi didalam sistem sosial yang bersangkutan”. Karl poper misalnya, mengemukakan bahwa ada satu teori opini publik yang seluruhnya dibangun disekitar komunikator politik, yaitu “Teori pelopor mengenai opini publik”. Ia menegaskan bahwa para pemimpin menciptakan opini publik karena mereka “berhasil membuat beberapa gagasan mula-mula ditolak, kemudian dipertimbangkan, dan akhirnya diterima”; karena itu “ disini opini publik dipahami sebagi jenis tanggapan publik terhadap pemikiran dan usaha para aristokrat pikiran itu yang menciptakan  pemikiran baru, gagasan baru, argumen baru.(Leonard W.Doob) “ komunikator dapat dianalisis  sebagai dirinya sendiri. Sikapnya terhadap khalayak potensialnya, martabat yang diberikanya kepada mereka sebagai manusia dapat mempengaruhi komunikasi yang dihasilkanya; jadi jika ia mengira mereka ini tolol, ia akan menyesuaikan nada pesanya dengan tingkat yang sama rendahnya. Ia sendiri memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat dikonseptualkan sesuai dengan kemampuan akalnya, pengalamanya senagai komunikator dengan khalayak yang serupa atau yang tak serupa, dan peran yang dimainkan didalam kepribadianya oleh motif untuk berkomunikasi”.
“Jelas bahwa komunikator atau para komunikator harus diidentifikasi dan kedudukan mereka  didalam masyarakat harus ditetapkan”. Untuk keperluan kita dapat diidentifikasi tiga kategori-politikus  yang bertindak sebagai komunikator politik, komunikator profesional dalam politik, dan  aktivis atau komunikator paruh waktu (Part-time)

1.      Politikus sebagai komunikator politik.

Orang yang bercita-cita untuk dan atau memegang jabatan pemerintah harus dan memang berkomunikasi tentang politik. Dalam kewenanganya yang pertama politikus itu berkomunikasi sebagai wakil suatu kelompok atau langanan; pesan-pesan politikus itu mengajukan dan atau melindungi tujuan kepentingan politik ; artinya komunikator politik mewakili kepentingan kelompok.  Sebaliknya, politikus yang bertindak sebagai ideolog tidak begitu terpusat perhatianya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan; ia lebih menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas, mengusahakan reformasi, dan bahkan mendukung perubahan revolusioner. Ideologi itu terutama berkomunikasi untuk membelokkan mereka kepada tujuan., bukan mewakili kepentingan mereka dalam gelanggang tawar-menawar dan mencari kompromi. Wakil adalah makelar yang membujuk orang lain agar “ ikut dan setuju”; ideolog adalah pesilat pesilat lidah yang menawarkan “gagasan yang lebih baik”.
Kalau begitu siapakah politikus utama yang bertindak sebagai komunikator politik yang menentukan dalam pemerintah amerika? Yang pertama adalah para pejabat pemerintah, baik yang dipilih maupun diangkat, yang secara tetap berkomunikasi mengenai sejumlah besar masalah, subjek, dan materi politik yang beraneka ragam. Yang termasuk kedalam kategori ini ialah para pejabat eksekutif (Presiden , anggota kabinetnya, kepala penasihatnya, dan staf gedung putih, dsb).; dan pejabat yudikatif yang tentunya, mencakup mencakup para hakim mahkamah agung Amerika Serikat.  Ada politikus yang tidak memegang jabatan dalam pemerintah; mereka juga komunikator politik mengenai masalah yang lingkupnya nasional dan nonnasional, masalah yang jangkauanya berganda dan sempit. Jadi, banyak jenis politikus yang bertindak sebagai komunikator politik, sama dengan banyaknya politikus, tetapi untuk mudahnya kita klasifikasikan mereka sebagai (1) di dalam atau di luar jabatan pemerintah, (2) berpandangan nasional atau subnasional, dan (3) berurusan dengan masalah berganda atau masalah tunggal.

2.      Profesional sebagai komuniktor politik

            Komunikator profesional adalh peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi komunikasi yang setidaknya mempunyai dua dimensi utama. Munculnya media massa yang memintasi batas-batas rasial, etnis, pekerjaan, wilayah, dan kelas untuk meningkatkan kesadasran identitas nasional; dan perkembangan serta-merta media khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Seorang komunikator profesional, kata james Carey, “adalah seorang makelar simbol, orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain yang berbeda tetapi dan dapat dimengerti”.”Komunikator profesional menghubungkan golongan elit dalam organisasi atau komunitas mana pun dengan khalayak umum; secara horizontal ia menghubungkan dua komunitas bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur sosial yang sama.”
                Maka komunikator profesional adalah manipulator dan makelar simbol yang menghubungkan para pemimpin satu sama lain dan dengan para pengikut. Akan tetapi, yang sangat “membedakan karakteristik komunikator profesional,”menurut carey,”adalah bahwa pesan yang dihasilkannya tidak memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan tanggapannya sendiri.
                Bagi pros (singkatan profesional), tidak seperti bagi pols (singkatan politikus), profesinya adalah komunikasi, bukan politik. Dari apa yang telah kita katakan, kita dapat menunjukkan dua tipe. Seperti dalam hal politikus yang menjadi wakil partisan dan atau ideolog, perbedaannya adalah pada tekanan, bukan pada jenis. Satu perangkat profesional mencakup para jurnalis, yang lain meliputi para promotor. Sebagai komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan organisasi berita yang mengubungkan sumber berita dengan khalayak. Promotor adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu.
                Jurnalis dan promotor berbeda satu sama lain dalam tingkat hal-hal tertentu. Tingkat ketakbergantungan masing-masing pekerjaan pada perintah majikan; sejauh mana masing-masing mempunyai kewajiban utama untuk mendukung kepentingan sumber berita, dan sejauh mana jurnalis atau promotor lebih bergantung pada sumber atau khalayak bagi kehidupan profesional.    

3.      Aktivis sebagai komunikator politik

            Unsur dasar dalam jaringan kamunikasi politikus adalah aparat formal pemerintah; ia menduduki atau bercita-cita menduduki suatu posisi dalam jaringan itu. Sebaliknya, komunikator profesional memainkan perannya baik dalam jaringan media massa maupun media khuhsus atau menghubungkan kantor-kantor pemerintah dengan media itu seperti yang dilakukan oleh pejabat informasi publik dalam jawatan pemerintah. Dua tipe komunikator politik utama bertindak sebagai saluran organisasional dan interpersonal.
                Pertama, terdapat jurubicara bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. Namun, ia cukup terlibat baik dalam politik maupun dalam komunikasi sehingga dapat disebut aktivis politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik.
                Kedua, jaringan interpersonal mencakup komunikator politik utama, yakni pemuka pendapat. Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga negara yang dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis (seperti memilih untuk calon apa?) meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati mereka, apakah untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya atau untuk memperkuat putusan yang telah dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan informasinya itu adalah pemuka pendapat. Selain memberikan petunjuk, pemuka pendapat meneruskan informasi politik dari media berita kepada masyarakat umum. Dalam “arus komunikasi dua tahap ini” gagasan “sering mengalir dari radio dan media cetak” (dan sekarang televisi) “kepada pemuka pendapat dan dari mereka kepada bagian penduduk yang kurang aktif.

B.     KOMUNIKATOR POLITIK DAN KEPEMIMPINAN POLITIK

Dalam menandai satu jenis komunikator politik sebagai pemuka pendapat kita perlu ingat akan hubungan antara komunikasi dan kepemimpinan politik. Untuk menelaah kesalinglingkupan antara komunikasi dan komunikasi, pengaruh, kepemimpinan, dan opini.

a.      Karakteristik kepemimpinan politik

Ketika berbicara tentang kepemimpinan maka kita akan membahas tentang proses kelompok, pengaruh kepribadian, seni meminta kerelaan, pengaruh dan interaksi.Berdasarkan teorinya maka kepemimpinan terbagi kepada 3 hal:
1. Sifat tersendiri, ini sesuai dengan teori orang besar bisa manusia ulung, pahlawan atau pangeran yang menjadi penguasa, contohnya Napoleon, Gandhi.
2. Konstelasi sifat, pemimpin dalam teori ini memadukan sifat dalan sindrom kepemimpinan, seorang pemimpin muncul karena punya kelebihan tertentu dalam dirinya seperti lebih besar, lebih tinggi, lebih cerdas dll.
3. Situasional, kepemimpinan itu ditentukan oleh waktu, tempat dan keadaan. Situasi menentukan siapa pemimpin dan siapa yang dipimpin. Seorang pemimpin partai tingkat kecamatan dia adalah pemimpin di wilayahnya tapi menjadi yang dipimpin ketika berada di partai tingkat kabupaten.
4. interaksi, artinya kepemimpinan dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin dengan kebutuhan atau pengharapan pengikut serta situasi yang melingkupinya.

b.      Komunikator politik sebagai pemimpin politik

Komunikator politik sebagai pemimpin politik dibahas dalam 6 aspek :
a. Perbedaan tugas dan emosi dalam kepemimpinan (Sifat kepemimpinan politik)
- Memimpin dengan titik tekan pada tugas, ini biasanya disebut administrator seperti Bung Hatta.
- Memimpin berdasarkan emosi, ini disebut pula solidarity making (pencipta solidaritas) disimbolkan dalam diri Bung Karno yang mampu menyatukan bangsa Indonesia dengan kemampuan retorikanya
b. Pemimpin organisasi dan pemimpin simbolik dalam politik (Tipe pemimpin)
- Pemimpin organisasi yaitu pemimpin formal seperti politikus, profesional atau aktivis juru bicara
- Pemimpin simbolik yaitu pemimpin nonformal seperti pemuka pendapat.

c.       Ikatan komunikasi di antar pemimpin dan pengikut

Kepemimpinan dan kepengikutan merupakan cara komplementer untuk meninjau suatu transaksi tunggal karena tidak akan dapat disebut pemimpin jika tanpa adanya pengikut, dan tidak disebut pengikut tanpa adanya seorang pemimpin. Istilah ini mengingatkan bahwa orang-orang yang sling tukar-menukarkan hal-hal yang berbeda dari kepemimpinan yang timbal balik. Untuk memperoleh dukungan rakyat,pemimpin harus memersonifikasikan dan mengongkritkan proses-proses abstrak bagi para pengikut dan memberikan kepada mereka ketenangan emosional dalam situasi-situasi yang asing dan memprihatinkan.
Adapun kepuasan yang diperoleh pemimpin dan pengikut dari transaksi yang memperkuat ikatan antara keduanya adalah ganjaran. Seorang pemimpin mempunyai peluang yang lebih besar untuk menguasai keadaan dan untuk mengendalikan nasibnya, adanya sesuatu yang menarik dalam mempengaruhi orang lain , menegaskan kekuasaan di dalam kelompok, dan bahkan memberikan keuntungan  dan kerugian, sederetan kantor pribadi, tinggal di hotel-hotel terbaik, pasukan sekretaris dan asisten, pesawat terbang pribadi, orang-orang yang melayani setiap kesenangan seorang pemimpin, hal itu menjadi ganjaran yang pantas untuk seorang pemimpin. Yang akhirnya menjadi kepuasan untuk mencapai tujuan kelompok dalam menggolkan kebijakan yang diinginkan bagi politikus, mengajukan gagasan baru bagi professional atau dalam mengubah opini rakyat bagi aktivis.
Robert Salisburry menyamakan ikatan antara pemimpin dan pengikut dengan ikatan antara pengusaha dan pelanggan. Salisburry mendaftarkan tiga keuntungan utama yang di peroleh pengikut dari transaksi kepemimpinan.
Keuntungan material terdiri atas ganjaran berupa barang atau jasa , pekerjaan, tingkat pajak yang dipilih kontrak pemerintah, perbaikan jalan, perumahan yang memadai, tingkat harga dan upah yang dapat diterima.
Keuntungan solidaritas mencakup ganjaran sosial atau hanya bergabung dengan orang lain dalam kegiatan bersama, sosialisasi, persahabatan, kesadaran status, identifikasi kelompok, keramahan, serta kegembiraan.
Keuntungan ekspresif keuntungan ketika suatu tindakan mengungkapkan kepentingan atau nilai seseorang atau kelompok, bukan secara instrumental mengejar kepentingan atau nilai-nilai.
Adapula jenis kepuasan sosioemosional, yang muncul melalui proses komunikasi, menciptakan, mendorong, atau menghancurkan rasa solidaritas di antara orang-orang dan rasa puas pribadi dalam mengungkapkan harapan dan cita-cita, kekuatan dan kegelisahan orang. Ikatan para pemimpin dan pengikut adalah ikatan komunikasi. Sehingga komunikator pemimpin politik utama  memainkan peran strategis, bertindak sebagai pemimpin politik dengan menyiarkan pesan-pesan yang oleh para pengikut di anggap berarti dan memuaskan berupa pandangan bukan pemimpin terhadap pemimpin.

d.      Citra rakyat tentang komunikator politik dan pemimpin politik


Filosof friendrich nietsche pernah menulis “Orang besar, kata anda? Apa yang pernah saya lihat hanyalah actor yang menciptakan citra idealnya sendiri”. Yang di maksud dengan citra seseorang hanyalah arti yang dimiliki seseorang bagi orang lain, sesuatu integrasi mental yang halus dari berbagai sifat yang di proyeksikan oleh orang itu dan yang di persepsi dan di interpretasikan rakyat menurut kepercayaan, nilai, dan pengharapan mereka. Dan kebanyakan para politikus mendapat kesulitan besar untuk bisa dikenal, bahkan untuk mempunyai citra.
Adapun beberapa sifat yang paling di harapkan dari seorang pemimpin adalah kejujuran, intelejensi, dan independensi. Tetapi warga Negara memiliki perasaan yang bertentangan tentang betapa banyak kekuasaan yang harus di miliki oleh pemegang jabatan itu. Selain itu popularitas seorang pemimpin dapat menurun berasal dari petunjuk bahwa ia gagal dalam melaksanakan tugasnya, dalam artian gagal memelihara perekonomian yang sehat, tdak menyajikan keuntungan material yang memadai bagi kepentingan di antara koalisi yang menang,kekurangan keutuhan pribadi, intelijensi, dan independensi, karena rakyat menganggap pemimpin (presiden) bertanggung jawab atas berita buruk atau hanya karena rakyat kecewa tanpa mempedulikan prestasi kepresidenan.
Citra rakyat tentang  pejabat federal yang di tunjuk bagi cabang eksekutif pemerintah pada umumnya positif. survei nasional pada tahun 1960 menyingkapkan bahwa hampir dua pertiga dari responden mempunyai kesan yang baik mengenai pejabat federal yang di tunjuk, dan mereka memberikan peringatan yang tinggi atas “kejujran, kemampuan, dan minat terhadap layanan public”.
Jika diperhatikan dari komunikator politik pada jabatan pemerintahan kepada mereka yang bercita-cita untuk dipilih, pusatkan perhatian pada citra rakyat tentang para calon ppolitik. Jilid yang baru terbit yang merangkum banyak penelitian tentang persepsi pemberi suara terhadap para calon, mengesankan pembagian citra tentang para calon yang sejajar dengan perbedaan orientasi tugas emosi dalam kepemimpinan pada umumnya. Di satu pihak, pemberi suara mempresepsi sifat-sifat yang dikaitkan dengan peran politik calon. Pengalaman dan latar belakangnya (jika ada) dalam jabatan pemerintah. Pengalaman dan kualifikasinya, catatan dan asosiasi dalam politik partisan, dan atribut lain yang bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan yang berorientasikan tugas, di pihak lain pemberi suara memikirkan gaya politik calon. Dimensi ini berisi atribut-atribut pribadi yang dipresepsi (kejujuran, intelegensi, penampilan fisik, dan penampilan sebagai actor drama (bagaimana ia tampak dalam penampilan pribadi, penyajian televisi, debat yang pada akhirnya pemberi suara lebih menekankan gaya dari pada mutu peran dalam memilih calon, sebagian karena mereka mencari ikatan emosional diantara mereka sendiri dan yang berusaha untuk mendapat dukungan mereka.
Mengenai tentang citra komunikato nasional media yang paling sering digunakan untuk berita politik adalah (menurut urutan) televise, Koran, radio, dan majalah. Citra public tentang media yang paling banyak digunakan dan dipercaya, yakni televise dan pers, tidak sejelas merosotnya seperti eksekutif, kongres dan pengadilan. Sedangkan petunjuk yang menyinggung promotor bukan jurnalis sebagai professional adalah mengenai pengacara.
Selanjutnya mengenai citra tentang juru bicara dan pemuka pendapat aktivis komunikator politik akan mendapatkan kepercayaan dari teman akrab mereka, tetapi tidak dikenal di luar lingkungan itu. Juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi memang mendapat penilaian baik dari public yang luas karena sebagian besar organisasi mereka tidak mendapatkannya. Sementara itu kemerosotan yang terjadi dalam keyakinan itu bukan pemimpin tidak lagi dengan sendirinya menganggap bahwa para pemimpin patut dipercaya semata-mata karena mereka menuntut demikian, dan para komunikator menemukan bahwa semakin sulit memecahkan membangkitkan imajinasi rakyat dan menciptakan ilusi bahwa mereka memecahkan masalah yang tak dapat dipecahkan selain dengan mereka. Adapun sejumlah gangguan citra diantaranya orang mempresepsi bahwa para pemimpin politik hanyalah terlalu mustahil memahami secara mendalam tentang adanya kesulitan 

e.      Karakteristik sosial pemimpin politik

Banyak sekali pustaka yang melukiskan karakteristik sosial para pemimpin politik Amerika. Kecendrungan pendapat-pendapat itu ialah bahwa secara keseluruhan, orang-orang yang memegang pimpinan tidak mewakili keanekaragaman sosial yang menandai populasi umum. Politikus yang tidak mempunyai jabatan dalam pemerintah juga berbeda dari kebanyakan warga negara. Para pemimpin partai politik besar misalnya, memiliki status sosioekonomi yang relatif tingg, gelar akademis, dan kedudukan sebagai profesional atau manajer. Terdapat jumlah pengacara yang menonjol di antara para pendukung partai ini.
Karakteristik sosial para komunikator profesional hampir tidak lebih mewakili populasi umum ketimbang para politikus. Promotor, sebagaimana eksekutif yang ditunjuk atau pejabat sipil karier dalam pemerintah, pemublikasi kepentingan yang teroganisasi, atau bahkan pekerjaan partai, berbeda komposisi sosialnya dari populasi umum dengan cara yang khas terdapat pada pejabat yang dipilih dan yang ditunjuk. Studi yang sama, yang menemukan bahwa karakteristik sosial pemimpin politik berbeda dari populasi umum, juga menemukan bahwa mereka berbeda dalam segi-segi lain- tingkat keterlibatan politik, kepercayaan politik, nilai, dan pengharapan serta pengaruhnya terhadap pembuatan kebijakan. Itulah perbedaan-perbedaan yang akan kita bahas kepada pengamatan terakhir terhadap komunikator politik dalam peran kepemimpinan mereka- pertanyaan umum tentang bagaimana orang memilih pemimpin politik.

f.        Pemilihan pemimpin politik

Pemimpin organisasi dalam jabatan pemerintah mencapai kedudukan yang menentukan dalam komunikasi politik melalui pemilihan, penunjukan, atau melalui prosedur kepegawaian negeri. Kenneth prewitt menyamakan proses pemilihan pemimpin politik ini dengan teka-teki kotak Cina. Teka-teki itu terdiri atas beberapa kotak dengan berbagai ukuran; yang terkecil pas masuk kedalam yang lebih besar berikutnya, yang kedua ke dalam yang lebih besar berikutnya lagi, dan seterusnya sehingga seluruh kotak masuk kedalam yang terbesar. Untuk mengambil isi kotak terkecil kita harus membuka setiap kotak berturut-turut, dari yang terbesar, sampai yang terkecil. Dalam hal kepemimpinan, kotak yang terbesar berisi semua orang dalam populasi, yang terkecil pemimpin-pemimpin yang memerintah. Kepemimpinan benar-benar selektif; ketika kita beralih dari kotak terbesar yang berisi setiap orang ke kotak terkecil yang berisi orang-orang yang memerintah, relatif sedikit orang yang berhasil dalam pemilihan itu dan menjadi orang terpilih yang jumlahnya sedikit
Ringkasnya komunikator politik yang menjadi pemimpin dalam organisasi pemerintah tidak dipilih secara acak dari populasi umum. Malahan, mereka direkruit dari pengelompokan yang lebih kecil lagi: yang memenuhi syarat, yang mampu, partisipan, konsisten, kandidat, dan yang terpilih kemudian yang ditunju, sebagai karier, yang dinaikkan, dan yang dipilih kembali. Seoarang pemimpin simbolik, kata Klapp, muncul dari suatu proses dialektis yang, seperti pemilihan pemimpin organisasi, dan mempunyai berbagai tahap.
Jadi, pemimpin simbolik muncul jika komunikator melakukan yang dramatis, secara selektif mengumpulkan kesan dari tanggapan khalayak, kemudian menyesuaikan diri atau berusaha keras untuk berbuat sesuai dengankesan rakyat. Apapu alat untuk memilih pemimpin politik-penyisihan pada teki kotak atau dialetika pada perbandingan tenis- jelas bahwa orang –orang yang ambil bagian dalam komunikasi politik secara tetap, terus-menerus, dan dipancarkan secara luas lebih besar kemungkinanya meraih kemimpinan organisasi dan atau simbolik ketimbang orang-orang yang tidak ambil bagian. Dengan itu mereka mempengaruhi keberadaan dan nilai orang lain serta memperkuat pengharapan pengikut mereka bahwa mereka adalah mesti menjadi pemimpin politik mereka.

C.     KETAKPASTIAN DALAM PERAN KOMUNIKATOR POLITIK KONTEMPORER

Kita telah memperhatikan secara rinci indentitas dan berbagai jenis komunikator poltik, peran mereka dalam mempengaruhi orang lain dan sifat mereka sebagai pemimpin politik, pemimpin tugas dan emosi, sebagai pemimpin oraganisasi dan simbolik, ikatan yang menyatukan mereka dengan pengikut, citra mereka, karakteristik sosial, dan pemilihan. Kita akan menutup pembahasan “siapa” (yang mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan akibat-akibat apa?) dengan memperkenalkan tiga bidang ketakpastian dalam kegiatan komunikator politik.
Yang pertama berusaha dalam masalah profesionalisme. Beberapa orang sarjana dalam tahun-tahun terakhir ini bertambah khawatir bahwa komunikator telah meninggalkan klien, pemilih, dan khalayak mereka disebabkan oleh kesetiaan mereka kepada nilai-nilai impersonal dan profesional. Disini ada paradoks, sebab profesionalisasi jabatan pemerintah dan industri komunikasi telah lama menjadi tujuan para reformer politik dan banyak pendidik administrasi publik, jurnalisme, hubungan masyarakat dan periklanan. Alasan fundamental mereka ialah bahwa profesionalisme mendukung pemerintah yang lebih baik dengan menekankan teknik-teknik intelektual, penerapan keseluruhan pengetahuan secara sistematis, tekanan pada pelayanan bukan pada keuntungan ekonomis pribadi dan standart etika yang jelas untuk mengukur prestasi. Ternyata dari banyak study yang menetapkan kriteria profesionalisme dan pada prestasi politikus yang berpraktek, administrator pemerintahan, jurnalis, orang-orang dari hubungan masyarakat dan sebagainya.
Masalah yang ditemukan oleh para kritikus dalam semua ini ialah bahwa komunikasi politik telah menjadi begitu profesional sehingga para pemrakteknya melihat segala sesuatunya hanya dari titik pandang sempit keahlian khusus teknis mereka sendiri, dan mempunyai bintik buta yang tampak terhadap segala sesuatu  yang berada di luar perspektif mereka sendiri akibat spesialisasi yang berlebihan dan kesesuaian yang berlebihan terhadap standard-standard profesional dalam peran kepemimpinannya “terlalu bersifat pelaksana”. Tekanannya adalah pada formalisasi dan penstrukturan hubungan pemimpin-pengikut sehingga komunikator hanyalah “melaksanakan” rencana komunikasi-suatu pidato standard didepan khalayak kampanye lunak dan tidak menyatakan pendapat dalam konferensi pers kepresidenan, penyiaran lebih dulu teks pidato kepresidenan, cerita sampul yang dipersiapkan sebelum peristiwa yang di uraikan, pengulangan frase, slogan, atau gimmic tunggal (“pilih kembali presiden”, “berikan sumbangan yang pantas”, “kita berusaha lebih keras”).  Didalam dunia komunikator politik pelaksana tidak ada tempat bagi yang tidak diharapkan, tak terduga dan yang spontan.
Bidang masalah kedua timbul dari karakteristik para komunikator sendiri. Seperti ciri-ciri sosial para komunikator politik utama jarang merefleksikan orang kebanyakan Amerika. Ada perbedaan-perbedaan dalam status tingkat perhatian politik, dan jumlah waktu dan usaha yang dicurahkan pada komunikasi. Politik paradoks yang rumit tentang bagaimana pemimpin publlik dapat “berbeda” namun sekaligus “mewakili”, berbeda dalam arti bahwa mereka tidak seperti penduduk dari mana ia dipilih nammun mewakili dalam arti bertindak sesuai dengan yang lebih disukai oleh rakyat itu. dalam arti yang dikemukakan oleh Prewit, sampai komunikator politik utama mewakili rakyat itu.
Ketakpastian ketiga tentang peran mereka mengenai motif-motif mereka. Tentu motif-motif itu bercampur. Dalam berbagai ha,l mereka bertujuan-mereka bermaksud mengubah kepercayaan, nilai dan pengharapan rakyat dengan memberi informasi, membujuk, ,menghibur. Dalam hal-hal lain motif mereka tak bertujuan-mereka meneruskan pesan-pesan kepada rakyat tanpa maksud mempengaruhi semata-mata  agar khalayak menikmatinya bagi kepentingan mereka sendiri bukan sebagai alat agar rakyat melakukan apa saja mengenai sesuatu. Melalui simbul-simbul yang dipergunakan oleh mereka, para komunikator politik tidak hanya berurusan dengan realitas politik dan menyingkapkan motif mereka terhadap realitas itu, tetapi juga menciptakan realitas dan motif itu. untuk mengetahui bagaimana, kita beralih kepada penggunaan bahasa politik, yaitu “mengatakan apa” dari paradigma komunikasi Laswell




*    Kesimpulan



Tidak ada komentar:

Posting Komentar