
Komunikasi
Politik
Komunikator
Politik

Oleh
:
Adinda
Sekar Amanda (120531100004)
Koko
Dharmanto (120531100005)
Rate
Iwatul A. (120531100016)
Nova
Andriyanto (120531100024)
Irma
Kumala Sari (120531100029)
Firman
Nurdiansyah (120531100036)
Prodi
Ilmu Komunikasi
Fakultas
Ilmu sosial dan Ilmu Komunikasi
Universitas
Trunojoyo Madura
2013
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga
kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya
.
Makalah ini berisi tentang masalah
yang dialami dalam sebuah Komunikasi Politik dan berbagai hal yang terkait di
dalamnya seperti Komunikator Politik, karakteristik komunikator politik dan
ketidakpastian dalam peran komunikator politik. Tidak ada yang sempurna didunia
ini, termasuk makalah ini yang menurut kami masih kurang sempurna. Karena itu
masukan maupun kritik dari semua pihak yang bersifat membangun sangat kita kita
tunggu demi hasil yang lebih baik untuk kedepanya.
Sekali lagi kami ucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian makalah ini
dari awal hingga akhir. Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk kegiatan
belajar yang akan datang.
Bangkalan, 22 September 2013
Penyusun
Daftar
Isi :
Kata
Pengantar..............................................................................................................................
2
Kesimpulan..................................................................................................................................
10
Komunikator
Politik
A.
Pemimpin dan opini publik
Salah satu ciri komunikasi ialah
orang jarang dapat menghindar dari keturutsertaanya, bahkan ketika hanya
seorangpun itu dapat disebut komunikasi.
Karena itu kita semua adalah komunitor. Begitu pila siapa yang ada dalam
setting politik adalah komunikator politik. Proses opini-komunikasi begitu
serba mencakup sehingga setiap orang diantara kita sekurang-kurangya memiliki
potensi untuk menjadi komunikator politik. Meskipun mengakui bahwa setiap orang
boleh berkomunikasi tentang politik, kita mengakui bahwa relatif sedikit yang berbuat demikian,
setidak-tidaknya yang melakukan secara tetap dan sinambung. Mereka yang relatif
sedikit ini tidak hanya bertukar pesan politik; mereka adalah pemimpin dalam
proses opini.
I.
Mengidentifikasi Komunikator Utama Dalam Politik
Seorang pengamat komunikasi massa
yang cermat, telah mengeluh bahwa banyak studi komunikasi mengabaikan satu
karakteristik proses yang penting, yaitu bahwa komunikasi terjadi didalam suatu
matriks sosial. Situasi tempat komunikasi bermula, berkembang, dan berlangsung
menerus adalah situasi sosial : hubungan antara komunikator dan khalayak adalah
bagian integral dari sistem sosial ini. Para perumus teori terlalu mudah
mengabaikan” komunikator massa sebagai orang yang menduduki posisi penting yang
peka didalam jaringan sosial, menanggapi berbagai tekanan dengan menolak dan
memilih informasi yang semuanya terjadi didalam sistem sosial yang
bersangkutan”. Karl poper misalnya, mengemukakan bahwa ada satu teori opini
publik yang seluruhnya dibangun disekitar komunikator politik, yaitu “Teori
pelopor mengenai opini publik”. Ia menegaskan bahwa para pemimpin menciptakan
opini publik karena mereka “berhasil membuat beberapa gagasan mula-mula
ditolak, kemudian dipertimbangkan, dan akhirnya diterima”; karena itu “ disini
opini publik dipahami sebagi jenis tanggapan publik terhadap pemikiran dan
usaha para aristokrat pikiran itu yang menciptakan pemikiran baru, gagasan baru, argumen
baru.(Leonard W.Doob) “ komunikator dapat dianalisis sebagai dirinya sendiri. Sikapnya terhadap
khalayak potensialnya, martabat yang diberikanya kepada mereka sebagai manusia
dapat mempengaruhi komunikasi yang dihasilkanya; jadi jika ia mengira mereka
ini tolol, ia akan menyesuaikan nada pesanya dengan tingkat yang sama
rendahnya. Ia sendiri memiliki kemampuan-kemampuan tertentu yang dapat
dikonseptualkan sesuai dengan kemampuan akalnya, pengalamanya senagai
komunikator dengan khalayak yang serupa atau yang tak serupa, dan peran yang
dimainkan didalam kepribadianya oleh motif untuk berkomunikasi”.
“Jelas bahwa komunikator atau para
komunikator harus diidentifikasi dan kedudukan mereka didalam masyarakat harus ditetapkan”. Untuk
keperluan kita dapat diidentifikasi tiga kategori-politikus yang bertindak sebagai komunikator politik,
komunikator profesional dalam politik, dan
aktivis atau komunikator paruh waktu (Part-time)
1.
Politikus sebagai komunikator politik.
Orang yang bercita-cita untuk dan
atau memegang jabatan pemerintah harus dan memang berkomunikasi tentang
politik. Dalam kewenanganya yang pertama politikus itu berkomunikasi sebagai
wakil suatu kelompok atau langanan; pesan-pesan politikus itu mengajukan dan
atau melindungi tujuan kepentingan politik ; artinya komunikator politik
mewakili kepentingan kelompok.
Sebaliknya, politikus yang bertindak sebagai ideolog tidak begitu
terpusat perhatianya kepada mendesakkan tuntutan seorang langganan; ia lebih
menyibukkan dirinya untuk menetapkan tujuan kebijakan yang lebih luas,
mengusahakan reformasi, dan bahkan mendukung perubahan revolusioner. Ideologi
itu terutama berkomunikasi untuk membelokkan mereka kepada tujuan., bukan
mewakili kepentingan mereka dalam gelanggang tawar-menawar dan mencari
kompromi. Wakil adalah makelar yang membujuk orang lain agar “ ikut dan
setuju”; ideolog adalah pesilat pesilat lidah yang menawarkan “gagasan yang
lebih baik”.
Kalau begitu siapakah politikus utama yang bertindak sebagai
komunikator politik yang menentukan dalam pemerintah amerika? Yang pertama
adalah para pejabat pemerintah, baik yang dipilih maupun diangkat, yang secara
tetap berkomunikasi mengenai sejumlah besar masalah, subjek, dan materi politik
yang beraneka ragam. Yang termasuk kedalam kategori ini ialah para pejabat
eksekutif (Presiden , anggota kabinetnya, kepala penasihatnya, dan staf gedung
putih, dsb).; dan pejabat yudikatif yang tentunya, mencakup mencakup para hakim
mahkamah agung Amerika Serikat. Ada
politikus yang tidak memegang jabatan dalam pemerintah; mereka juga komunikator
politik mengenai masalah yang lingkupnya nasional dan nonnasional, masalah yang
jangkauanya berganda dan sempit. Jadi, banyak jenis politikus yang bertindak
sebagai komunikator politik, sama dengan banyaknya politikus, tetapi untuk
mudahnya kita klasifikasikan mereka sebagai (1) di dalam atau di luar jabatan
pemerintah, (2) berpandangan nasional atau subnasional, dan (3) berurusan
dengan masalah berganda atau masalah tunggal.
2.
Profesional sebagai komuniktor politik
Komunikator profesional adalh
peranan sosial yang relatif baru, suatu hasil sampingan dari revolusi
komunikasi yang setidaknya mempunyai dua dimensi utama. Munculnya media massa
yang memintasi batas-batas rasial, etnis, pekerjaan, wilayah, dan kelas untuk
meningkatkan kesadasran identitas nasional; dan perkembangan serta-merta media
khusus (seperti majalah untuk khalayak khusus, stasiun radio, dsb.) yang
menciptakan publik baru untuk menjadi konsumen informasi dan hiburan. Seorang
komunikator profesional, kata james Carey, “adalah seorang makelar simbol,
orang yang menerjemahkan sikap, pengetahuan, dan minat suatu komunitas bahasa
ke dalam istilah-istilah komunitas bahasa yang lain yang berbeda tetapi dan
dapat dimengerti”.”Komunikator profesional menghubungkan golongan elit dalam
organisasi atau komunitas mana pun dengan khalayak umum; secara horizontal ia
menghubungkan dua komunitas bahasa yang dibedakan pada tingkat struktur sosial
yang sama.”
Maka komunikator profesional
adalah manipulator dan makelar simbol yang menghubungkan para pemimpin satu
sama lain dan dengan para pengikut. Akan tetapi, yang sangat “membedakan
karakteristik komunikator profesional,”menurut carey,”adalah bahwa pesan yang
dihasilkannya tidak memiliki hubungan yang pasti dengan pikiran dan
tanggapannya sendiri.
Bagi pros (singkatan profesional), tidak seperti bagi pols (singkatan politikus), profesinya
adalah komunikasi, bukan politik. Dari apa yang telah kita katakan, kita dapat
menunjukkan dua tipe. Seperti dalam hal politikus yang menjadi wakil partisan
dan atau ideolog, perbedaannya adalah pada tekanan, bukan pada jenis. Satu
perangkat profesional mencakup para jurnalis,
yang lain meliputi para promotor.
Sebagai komunikator profesional, jurnalis secara khas adalah karyawan
organisasi berita yang mengubungkan sumber berita dengan khalayak. Promotor
adalah orang yang dibayar untuk mengajukan kepentingan langganan tertentu.
Jurnalis dan promotor berbeda
satu sama lain dalam tingkat hal-hal tertentu. Tingkat ketakbergantungan
masing-masing pekerjaan pada perintah majikan; sejauh mana masing-masing
mempunyai kewajiban utama untuk mendukung kepentingan sumber berita, dan sejauh
mana jurnalis atau promotor lebih bergantung pada sumber atau khalayak bagi
kehidupan profesional.
3.
Aktivis sebagai komunikator politik
Unsur
dasar dalam jaringan kamunikasi politikus adalah aparat formal pemerintah; ia
menduduki atau bercita-cita menduduki suatu posisi dalam jaringan itu.
Sebaliknya, komunikator profesional memainkan perannya baik dalam jaringan
media massa maupun media khuhsus atau menghubungkan kantor-kantor pemerintah
dengan media itu seperti yang dilakukan oleh pejabat informasi publik dalam
jawatan pemerintah. Dua tipe komunikator politik utama bertindak sebagai
saluran organisasional dan interpersonal.
Pertama, terdapat jurubicara
bagi kepentingan yang terorganisasi. Pada umumnya orang ini tidak memegang
ataupun mencita-citakan jabatan pada pemerintah; dalam hal ini komunikator
tersebut tidak seperti politikus yang membuat politik menjadi lapangan
kerjanya. Jurubicara ini biasanya juga bukan profesional dalam komunikasi. Namun,
ia cukup terlibat baik dalam politik maupun dalam komunikasi sehingga dapat
disebut aktivis politik dan semiprofesional dalam komunikasi politik.
Kedua, jaringan interpersonal
mencakup komunikator politik utama, yakni pemuka
pendapat. Sebuah badan penelitian yang besar menunjukkan bahwa banyak warga
negara yang dihadapkan pada pembuatan keputusan yang bersifat politis (seperti
memilih untuk calon apa?) meminta petunjuk dari orang-orang yang dihormati
mereka, apakah untuk mengetahui apa yang harus dilakukannya atau untuk
memperkuat putusan yang telah dibuatnya. Orang yang dimintai petunjuk dan
informasinya itu adalah pemuka pendapat.
Selain memberikan petunjuk, pemuka pendapat meneruskan informasi politik dari
media berita kepada masyarakat umum. Dalam “arus komunikasi dua tahap ini”
gagasan “sering mengalir dari radio dan media cetak” (dan sekarang televisi)
“kepada pemuka pendapat dan dari mereka kepada bagian penduduk yang kurang
aktif.
B. KOMUNIKATOR POLITIK DAN KEPEMIMPINAN
POLITIK
Dalam menandai satu
jenis komunikator politik sebagai pemuka pendapat kita perlu ingat akan
hubungan antara komunikasi dan kepemimpinan politik. Untuk menelaah
kesalinglingkupan antara komunikasi dan komunikasi, pengaruh, kepemimpinan, dan
opini.
a. Karakteristik kepemimpinan politik
Ketika berbicara tentang kepemimpinan maka kita akan
membahas tentang proses kelompok, pengaruh kepribadian, seni meminta kerelaan,
pengaruh dan interaksi.Berdasarkan teorinya maka kepemimpinan terbagi kepada 3
hal:
1. Sifat tersendiri, ini sesuai dengan teori orang besar bisa manusia
ulung, pahlawan atau pangeran yang menjadi penguasa, contohnya Napoleon,
Gandhi.
2. Konstelasi sifat, pemimpin dalam teori ini memadukan sifat dalan
sindrom kepemimpinan, seorang pemimpin muncul karena punya kelebihan tertentu
dalam dirinya seperti lebih besar, lebih tinggi, lebih cerdas dll.
3. Situasional, kepemimpinan itu ditentukan oleh waktu, tempat dan
keadaan. Situasi menentukan siapa pemimpin dan siapa yang dipimpin. Seorang
pemimpin partai tingkat kecamatan dia adalah pemimpin di wilayahnya tapi
menjadi yang dipimpin ketika berada di partai tingkat kabupaten.
4. interaksi, artinya kepemimpinan dipengaruhi oleh kepribadian
pemimpin dengan kebutuhan atau pengharapan pengikut serta situasi yang
melingkupinya.
b. Komunikator politik sebagai pemimpin
politik
Komunikator politik sebagai pemimpin politik dibahas
dalam 6 aspek :
a. Perbedaan
tugas dan emosi dalam kepemimpinan (Sifat kepemimpinan politik)
- Memimpin dengan titik tekan pada tugas, ini biasanya disebut
administrator seperti Bung Hatta.
- Memimpin berdasarkan emosi, ini disebut pula solidarity making
(pencipta solidaritas) disimbolkan dalam diri Bung Karno yang mampu menyatukan
bangsa Indonesia dengan kemampuan retorikanya
b. Pemimpin
organisasi dan pemimpin simbolik dalam politik (Tipe pemimpin)
- Pemimpin organisasi yaitu pemimpin formal seperti politikus,
profesional atau aktivis juru bicara
- Pemimpin simbolik yaitu pemimpin nonformal seperti pemuka pendapat.
c.
Ikatan komunikasi di antar pemimpin dan pengikut
Kepemimpinan dan kepengikutan
merupakan cara komplementer untuk meninjau suatu transaksi tunggal karena tidak
akan dapat disebut pemimpin jika tanpa adanya pengikut, dan tidak disebut
pengikut tanpa adanya seorang pemimpin. Istilah ini mengingatkan bahwa
orang-orang yang sling tukar-menukarkan hal-hal yang berbeda dari kepemimpinan
yang timbal balik. Untuk memperoleh dukungan rakyat,pemimpin harus
memersonifikasikan dan mengongkritkan proses-proses abstrak bagi para pengikut
dan memberikan kepada mereka ketenangan emosional dalam situasi-situasi yang
asing dan memprihatinkan.
Adapun kepuasan yang diperoleh
pemimpin dan pengikut dari transaksi yang memperkuat ikatan antara keduanya
adalah ganjaran. Seorang pemimpin mempunyai peluang yang lebih besar untuk
menguasai keadaan dan untuk mengendalikan nasibnya, adanya sesuatu yang menarik
dalam mempengaruhi orang lain , menegaskan kekuasaan di dalam kelompok, dan
bahkan memberikan keuntungan dan kerugian,
sederetan kantor pribadi, tinggal di hotel-hotel terbaik, pasukan sekretaris
dan asisten, pesawat terbang pribadi, orang-orang yang melayani setiap
kesenangan seorang pemimpin, hal itu menjadi ganjaran yang pantas untuk seorang
pemimpin. Yang akhirnya menjadi kepuasan untuk mencapai tujuan kelompok dalam
menggolkan kebijakan yang diinginkan bagi politikus, mengajukan gagasan baru
bagi professional atau dalam mengubah opini rakyat bagi aktivis.
Robert Salisburry menyamakan ikatan
antara pemimpin dan pengikut dengan ikatan antara pengusaha dan pelanggan.
Salisburry mendaftarkan tiga keuntungan utama yang di peroleh pengikut dari
transaksi kepemimpinan.
Keuntungan material terdiri atas ganjaran berupa barang atau jasa , pekerjaan,
tingkat pajak yang dipilih kontrak pemerintah, perbaikan jalan, perumahan yang
memadai, tingkat harga dan upah yang dapat diterima.
Keuntungan solidaritas mencakup ganjaran sosial atau hanya bergabung dengan
orang lain dalam kegiatan bersama, sosialisasi, persahabatan, kesadaran status,
identifikasi kelompok, keramahan, serta kegembiraan.
Keuntungan ekspresif keuntungan ketika suatu tindakan mengungkapkan
kepentingan atau nilai seseorang atau kelompok, bukan secara instrumental
mengejar kepentingan atau nilai-nilai.
Adapula jenis kepuasan
sosioemosional, yang muncul melalui proses komunikasi, menciptakan, mendorong,
atau menghancurkan rasa solidaritas di antara orang-orang dan rasa puas pribadi
dalam mengungkapkan harapan dan cita-cita, kekuatan dan kegelisahan orang.
Ikatan para pemimpin dan pengikut adalah ikatan komunikasi. Sehingga
komunikator pemimpin politik utama
memainkan peran strategis, bertindak sebagai pemimpin politik dengan
menyiarkan pesan-pesan yang oleh para pengikut di anggap berarti dan memuaskan
berupa pandangan bukan pemimpin terhadap pemimpin.
d.
Citra rakyat tentang komunikator politik dan pemimpin politik
Filosof friendrich nietsche pernah
menulis “Orang besar, kata anda? Apa yang pernah saya lihat hanyalah actor yang
menciptakan citra idealnya sendiri”. Yang di maksud dengan citra seseorang hanyalah
arti yang dimiliki seseorang bagi orang lain, sesuatu integrasi mental yang
halus dari berbagai sifat yang di proyeksikan oleh orang itu dan yang di
persepsi dan di interpretasikan rakyat menurut kepercayaan, nilai, dan
pengharapan mereka. Dan kebanyakan para politikus mendapat kesulitan besar
untuk bisa dikenal, bahkan untuk mempunyai citra.
Adapun beberapa sifat yang paling di
harapkan dari seorang pemimpin adalah kejujuran, intelejensi, dan independensi.
Tetapi warga Negara memiliki perasaan yang bertentangan tentang betapa banyak
kekuasaan yang harus di miliki oleh pemegang jabatan itu. Selain itu
popularitas seorang pemimpin dapat menurun berasal dari petunjuk bahwa ia gagal
dalam melaksanakan tugasnya, dalam artian gagal memelihara perekonomian yang
sehat, tdak menyajikan keuntungan material yang memadai bagi kepentingan di
antara koalisi yang menang,kekurangan keutuhan pribadi, intelijensi, dan
independensi, karena rakyat menganggap pemimpin (presiden) bertanggung jawab
atas berita buruk atau hanya karena rakyat kecewa tanpa mempedulikan prestasi
kepresidenan.
Citra rakyat tentang pejabat federal yang di tunjuk bagi cabang
eksekutif pemerintah pada umumnya positif. survei nasional pada tahun 1960
menyingkapkan bahwa hampir dua pertiga dari responden mempunyai kesan yang baik
mengenai pejabat federal yang di tunjuk, dan mereka memberikan peringatan yang
tinggi atas “kejujran, kemampuan, dan minat terhadap layanan public”.
Jika diperhatikan dari komunikator
politik pada jabatan pemerintahan kepada mereka yang bercita-cita untuk
dipilih, pusatkan perhatian pada citra rakyat tentang para calon ppolitik.
Jilid yang baru terbit yang merangkum banyak penelitian tentang persepsi
pemberi suara terhadap para calon, mengesankan pembagian citra tentang para calon
yang sejajar dengan perbedaan orientasi tugas emosi dalam kepemimpinan pada
umumnya. Di satu pihak, pemberi suara mempresepsi sifat-sifat yang dikaitkan
dengan peran politik calon.
Pengalaman dan latar belakangnya (jika ada) dalam jabatan pemerintah. Pengalaman
dan kualifikasinya, catatan dan asosiasi dalam politik partisan, dan atribut
lain yang bertalian dengan pelaksanaan pekerjaan yang berorientasikan tugas, di
pihak lain pemberi suara memikirkan gaya
politik calon. Dimensi ini berisi atribut-atribut pribadi yang dipresepsi
(kejujuran, intelegensi, penampilan fisik, dan penampilan sebagai actor drama
(bagaimana ia tampak dalam penampilan pribadi, penyajian televisi, debat yang
pada akhirnya pemberi suara lebih menekankan gaya dari pada mutu peran dalam
memilih calon, sebagian karena mereka mencari ikatan emosional diantara mereka
sendiri dan yang berusaha untuk mendapat dukungan mereka.
Mengenai tentang citra komunikato
nasional media yang paling sering digunakan untuk berita politik adalah
(menurut urutan) televise, Koran, radio, dan majalah. Citra public tentang
media yang paling banyak digunakan dan dipercaya, yakni televise dan pers,
tidak sejelas merosotnya seperti eksekutif, kongres dan pengadilan. Sedangkan
petunjuk yang menyinggung promotor bukan jurnalis sebagai professional adalah
mengenai pengacara.
Selanjutnya mengenai citra tentang
juru bicara dan pemuka pendapat aktivis komunikator politik akan mendapatkan
kepercayaan dari teman akrab mereka, tetapi tidak dikenal di luar lingkungan
itu. Juru bicara bagi kepentingan yang terorganisasi memang mendapat penilaian
baik dari public yang luas karena sebagian besar organisasi mereka tidak
mendapatkannya. Sementara itu kemerosotan yang terjadi dalam keyakinan itu
bukan pemimpin tidak lagi dengan sendirinya menganggap bahwa para pemimpin
patut dipercaya semata-mata karena mereka menuntut demikian, dan para
komunikator menemukan bahwa semakin sulit memecahkan membangkitkan imajinasi
rakyat dan menciptakan ilusi bahwa mereka memecahkan masalah yang tak dapat
dipecahkan selain dengan mereka. Adapun sejumlah gangguan citra diantaranya
orang mempresepsi bahwa para pemimpin politik hanyalah terlalu mustahil
memahami secara mendalam tentang adanya kesulitan
e.
Karakteristik sosial pemimpin politik
Banyak sekali pustaka yang melukiskan
karakteristik sosial para pemimpin politik Amerika. Kecendrungan
pendapat-pendapat itu ialah bahwa secara keseluruhan, orang-orang yang memegang
pimpinan tidak mewakili keanekaragaman sosial yang menandai populasi umum. Politikus
yang tidak mempunyai jabatan dalam pemerintah juga berbeda dari kebanyakan
warga negara. Para pemimpin partai politik besar misalnya, memiliki status
sosioekonomi yang relatif tingg, gelar akademis, dan kedudukan sebagai
profesional atau manajer. Terdapat jumlah pengacara yang menonjol di antara
para pendukung partai ini.
Karakteristik sosial para komunikator
profesional hampir tidak lebih mewakili populasi umum ketimbang para politikus.
Promotor, sebagaimana eksekutif yang ditunjuk atau pejabat sipil karier dalam
pemerintah, pemublikasi kepentingan yang teroganisasi, atau bahkan pekerjaan
partai, berbeda komposisi sosialnya dari populasi umum dengan cara yang khas
terdapat pada pejabat yang dipilih dan yang ditunjuk. Studi yang sama, yang
menemukan bahwa karakteristik sosial pemimpin politik berbeda dari populasi
umum, juga menemukan bahwa mereka berbeda dalam segi-segi lain- tingkat
keterlibatan politik, kepercayaan politik, nilai, dan pengharapan serta
pengaruhnya terhadap pembuatan kebijakan. Itulah perbedaan-perbedaan yang akan
kita bahas kepada pengamatan terakhir terhadap komunikator politik dalam peran
kepemimpinan mereka- pertanyaan umum tentang bagaimana orang memilih pemimpin
politik.
f.
Pemilihan pemimpin politik
Pemimpin organisasi dalam jabatan
pemerintah mencapai kedudukan yang menentukan dalam komunikasi politik melalui
pemilihan, penunjukan, atau melalui prosedur kepegawaian negeri. Kenneth
prewitt menyamakan proses pemilihan pemimpin politik ini dengan teka-teki kotak
Cina. Teka-teki itu terdiri atas beberapa kotak dengan berbagai ukuran; yang
terkecil pas masuk kedalam yang lebih besar berikutnya, yang kedua ke dalam
yang lebih besar berikutnya lagi, dan seterusnya sehingga seluruh kotak masuk
kedalam yang terbesar. Untuk mengambil isi kotak terkecil kita harus membuka
setiap kotak berturut-turut, dari yang terbesar, sampai yang terkecil. Dalam
hal kepemimpinan, kotak yang terbesar berisi semua orang dalam populasi, yang
terkecil pemimpin-pemimpin yang memerintah. Kepemimpinan benar-benar selektif;
ketika kita beralih dari kotak terbesar yang berisi setiap orang ke kotak
terkecil yang berisi orang-orang yang memerintah, relatif sedikit orang yang
berhasil dalam pemilihan itu dan menjadi orang terpilih yang jumlahnya sedikit
Ringkasnya komunikator politik yang
menjadi pemimpin dalam organisasi pemerintah tidak dipilih secara acak dari
populasi umum. Malahan, mereka direkruit dari pengelompokan yang lebih kecil
lagi: yang memenuhi syarat, yang mampu, partisipan, konsisten, kandidat, dan
yang terpilih kemudian yang ditunju, sebagai karier, yang dinaikkan, dan yang
dipilih kembali. Seoarang pemimpin simbolik, kata Klapp, muncul dari suatu
proses dialektis yang, seperti pemilihan pemimpin organisasi, dan mempunyai
berbagai tahap.
Jadi, pemimpin simbolik muncul jika
komunikator melakukan yang dramatis, secara selektif mengumpulkan kesan dari
tanggapan khalayak, kemudian menyesuaikan diri atau berusaha keras untuk
berbuat sesuai dengankesan rakyat. Apapu alat untuk memilih pemimpin
politik-penyisihan pada teki kotak atau dialetika pada perbandingan tenis-
jelas bahwa orang –orang yang ambil bagian dalam komunikasi politik secara
tetap, terus-menerus, dan dipancarkan secara luas lebih besar kemungkinanya
meraih kemimpinan organisasi dan atau simbolik ketimbang orang-orang yang tidak
ambil bagian. Dengan itu mereka mempengaruhi keberadaan dan nilai orang lain
serta memperkuat pengharapan pengikut mereka bahwa mereka adalah mesti menjadi
pemimpin politik mereka.
C. KETAKPASTIAN DALAM PERAN KOMUNIKATOR POLITIK KONTEMPORER
Kita telah
memperhatikan secara rinci indentitas dan berbagai jenis komunikator poltik,
peran mereka dalam mempengaruhi orang lain dan sifat mereka sebagai pemimpin
politik, pemimpin tugas dan emosi, sebagai pemimpin oraganisasi dan simbolik, ikatan
yang menyatukan mereka dengan pengikut, citra mereka, karakteristik sosial, dan
pemilihan. Kita akan menutup pembahasan “siapa” (yang mengatakan apa dengan
saluran apa kepada siapa dengan akibat-akibat apa?) dengan memperkenalkan tiga
bidang ketakpastian dalam kegiatan komunikator politik.
Yang pertama berusaha dalam masalah
profesionalisme. Beberapa orang sarjana dalam tahun-tahun terakhir ini
bertambah khawatir bahwa komunikator telah meninggalkan klien, pemilih, dan
khalayak mereka disebabkan oleh kesetiaan mereka kepada nilai-nilai impersonal
dan profesional. Disini ada paradoks, sebab profesionalisasi jabatan pemerintah
dan industri komunikasi telah lama menjadi tujuan para reformer politik dan
banyak pendidik administrasi publik, jurnalisme, hubungan masyarakat dan
periklanan. Alasan fundamental mereka ialah bahwa profesionalisme mendukung
pemerintah yang lebih baik dengan menekankan teknik-teknik intelektual,
penerapan keseluruhan pengetahuan secara sistematis, tekanan pada pelayanan
bukan pada keuntungan ekonomis pribadi dan standart etika yang jelas untuk
mengukur prestasi. Ternyata dari banyak study yang menetapkan kriteria
profesionalisme dan pada prestasi politikus yang berpraktek, administrator
pemerintahan, jurnalis, orang-orang dari hubungan masyarakat dan sebagainya.
Masalah yang
ditemukan oleh para kritikus dalam semua ini ialah bahwa komunikasi politik
telah menjadi begitu profesional sehingga para pemrakteknya melihat segala
sesuatunya hanya dari titik pandang sempit keahlian khusus teknis mereka
sendiri, dan mempunyai bintik buta yang tampak terhadap segala sesuatu yang berada di luar perspektif mereka sendiri
akibat spesialisasi yang berlebihan dan kesesuaian yang berlebihan terhadap
standard-standard profesional dalam peran kepemimpinannya “terlalu bersifat
pelaksana”. Tekanannya adalah pada formalisasi dan penstrukturan hubungan
pemimpin-pengikut sehingga komunikator hanyalah “melaksanakan” rencana
komunikasi-suatu pidato standard didepan khalayak kampanye lunak dan tidak
menyatakan pendapat dalam konferensi pers kepresidenan, penyiaran lebih dulu
teks pidato kepresidenan, cerita sampul yang dipersiapkan sebelum peristiwa
yang di uraikan, pengulangan frase, slogan, atau gimmic tunggal (“pilih kembali
presiden”, “berikan sumbangan yang pantas”, “kita berusaha lebih keras”). Didalam dunia komunikator politik pelaksana
tidak ada tempat bagi yang tidak diharapkan, tak terduga dan yang spontan.
Bidang masalah
kedua timbul dari karakteristik para
komunikator sendiri. Seperti ciri-ciri sosial para komunikator politik utama
jarang merefleksikan orang kebanyakan Amerika. Ada perbedaan-perbedaan dalam
status tingkat perhatian politik, dan jumlah waktu dan usaha yang dicurahkan
pada komunikasi. Politik paradoks yang rumit tentang bagaimana pemimpin publlik
dapat “berbeda” namun sekaligus “mewakili”, berbeda dalam arti bahwa mereka
tidak seperti penduduk dari mana ia dipilih nammun mewakili dalam arti
bertindak sesuai dengan yang lebih disukai oleh rakyat itu. dalam arti yang
dikemukakan oleh Prewit, sampai komunikator politik utama mewakili rakyat itu.
Ketakpastian ketiga tentang peran mereka mengenai
motif-motif mereka. Tentu motif-motif itu bercampur. Dalam berbagai ha,l mereka
bertujuan-mereka bermaksud mengubah kepercayaan, nilai dan pengharapan rakyat
dengan memberi informasi, membujuk, ,menghibur. Dalam hal-hal lain motif mereka
tak bertujuan-mereka meneruskan pesan-pesan kepada rakyat tanpa maksud
mempengaruhi semata-mata agar khalayak
menikmatinya bagi kepentingan mereka sendiri bukan sebagai alat agar rakyat
melakukan apa saja mengenai sesuatu. Melalui simbul-simbul yang dipergunakan
oleh mereka, para komunikator politik tidak hanya berurusan dengan realitas
politik dan menyingkapkan motif mereka terhadap realitas itu, tetapi juga
menciptakan realitas dan motif itu. untuk mengetahui bagaimana, kita beralih
kepada penggunaan bahasa politik, yaitu “mengatakan apa” dari paradigma
komunikasi Laswell
Tidak ada komentar:
Posting Komentar