Sabtu, 25 Oktober 2014

Komunikasi Sebagai Transaksi dan Interaksi

MAKALAH PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI

KOMUNIKASI SEBAGAI TRANSAKSI DAN INTERAKSI
Di Susun Oleh :
1.  Azizur Rohim Almalizy
2.  Ferry Putra Dwi Ferdana
3.  Irma Kumala Sari
4.  Muhammad Ismail
5.  Retno Ayu Tri Wahyuni
6.  Susanti

ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL dan ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2012/2013

Model Komunikasi Transaksional
    Model komunikasi transaksional adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan yang berlangsung secara terus menerus dalam sebuah episode komunikasi. Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Model komunikasi transaksional berarti proses yang terjadi bersifat kooperatif, pengirim dan penerima sama-sama bertanggung jawab dampak dan efektivitas komunikasi yang terjadi. Dalam model ini komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) antara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif. Tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan. Dalam model ini komunikasi merupakan upaya untuk mencapai kesamaan makna. Apa yang dikatakan seseorang dalam sebiah transaksi sangat dipengaruhi pengalamannya dimasa lalu. Misalnya, seseorang banyak berkata tentang penyakit jantung, bagaimana rasanya, usaha apa saja untuk mengontrol penyakit ini, dan obat apa yang mampu mengontrolnya. Dipastikan orang yang berbicara banyak tentang penyakit ini adalah orang yang memiliki pengalaman dengan penyakit ini, misalnya dia seorang yang menderita penyakit jantung, orang yang disayangi menderita sakit jantung, atau dia adalah seorang dokter.
    Model komunikasi transaksional membangun kesadaran kita bahwa antara pesan satu dengan pesan yang lain saling berhubungan, saling ketergantungan. Asumsi model ini adalah ketika komunikasi terjadi terus menerus, kita akan berurusan dengan elemen verbal dan non verbal, artinya para komunikator sedang menegosiasikan makna. Ketika anda mendengarkan seseorang yang berbicara, sebenarnya pada saat itu bisa saja anda pun mengirimkan pesan secara nonverbal (isyarat tangan, ekspresi wajah, nada suara, dan sebagainya) kepada pembicara tadi. Anda menafsirkan bukan hanya kata-kata pembicara tadi, juga perilaku nonverbalnya. Dua orang atau beberapa orang yang berkomunikasi, saling bertanya, berkomentar, menyela, mengangguk, menggeleng, mendehem, mengangkat bahu, memberi isyarat dengan tangan, tersenyum, tertawa, menatap, dan sebagainya, sehingga proses penyandian (encoding) dan penyandian-balik (decoding) bersifat spontan dan simultan di antara orang orang yang terlibat dalam komunikasi. Semakin banyak orang yang berkomunikasi, semakin rumit transaksi komunikasi yang terjadi. Bila empat orang peserta terlibat dalam komunikasi, akan terdapat lebih banyak peran, hubungan yang lebih rumit, dan lebih banyak pesan verbal dan nonverbal. Contohnya, ketika seorang teman anda sedang menceritakan pengalamannya sebagai dokter ahli jantung. Anda yang berprofesi sebagai pemadam kebakaran mungkin merasa kesulitan memahami kata-kata teman anda, anda hanya diam mendengarkan sambil mengerutkan dahi. Melihat ekspresi anda yang seperti itu, kemungkinan teman anda akan menjelaskan kata-kata sulit tersebut kemudian meneruskan pembicaraan. Dalam pembicaraan anda dan teman anda terjadi pertukaran tidak hanya elemen verbal tetapi elemen nonverbal juga. Disini elemen nonverbal memiliki kedudukan sama pentingnya dengan elemen verbal.
Dalam konteks ini komunikasi adalah suatu proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Penafsiran anda atas perilaku verbal dan nonverbal orang lain yang anda kemukakan kepadanya juga mengubah penafsiran orang lain tersebut atas pesan-pesan anda, dan pada gilirannya, mengubah penafsiran anda atas pesan-pesannya, begitu seterusnya. Menggunakan pandangan ini, tampak bahwa komunikasi bersifat dinamis. Pandangan inilah yang disebut komunikasi sebagai transaksi, yang lebih sesuai untuk komunikasi tatap muka yang mungkinkan pesan atau respons verbal dan nonverbal bisa diketahui secara langsung. Kelebihan konseptualisasi komunikasi sebagai transaksi adalah bahwa komunikasi tersebut tidak membatasi kita pada komunikasi yang disengaja atau respons yang dapat diamati. Artinya, komunikasi terjadi apakah para pelakunya menyengajanya atau tidak, dan bahkan meskipun menghasilkan respons yang tidak dapat diamati. Berdiam diri, mengabaikan orang lain di sekitar, bahkan meninggalkan ruangan, semuanya bentuk-bentuk komunikasi, semuanya mengirimkan sejenis pesan. Gaya pakaian dan rambut anda, ekspresi wajah anda, jarak fisik antara anda dengan orang lain, nada suara anda, kata-kata yang anda gunakan, semua itu mengkomunikasikan sikap, kebutuhan, perasaan dan penilaian anda.
    Dalam model komunikasi transaksional, pengalaman untuk mencapai kesamaan makna akan membuat komunikasi yang terjadi semakin efektif. Misalnya seminar penyuluhan jantung kronis dihadiri oleh pembicara seorang dokter ahli jantung dan peserta seminar adalah orang-orang penderita jantung kronis. Pengalaman tentang pengobatan (memberi pengobatan dan menerima pengobatan) merupakan perpotongan pengalaman diantara dua pihak yang melakukan transaksi. Kesamaan pengalaman ini membuat seminar dapat berjalan dengan baik karena para peserta seminar tidak harus mengerutkan kening mendengar istilah kedokteran tentang penyakit jantung ini, dan dokterpun tidak harus menjelaskan ulang tentang istilah yang berkaitan dengan penyakit tersebut.
ANALISIS TRANSAKSIONAL (ERIC BERNE)
           Teori analisis transaksional merupakan karya besar Eric Berne (1964), yang ditulisnya dalam buku Games People Play. Berne adalah seorang ahli ilmu jiwa terkenal dari kelompok Humanisme. Teori analisis transaksional merupakan teori terapi yang sangat populer dan digunakan dalam konsultasi pada hampir semua bidang ilmu-ilmu perilaku. Teori analisis transaksional telah menjadi salah satu teori komunikasi antarpribadi yang mendasar.
Kata transaksi selalu mengacu pada proses pertukaran dalam suatu hubungan. Dalam komunikasi antarpribadi pun dikenal transaksi. Yang dipertukarkan adalah pesan-pesan baik verbal maupun nonverbal. Analisis transaksional sebenarnya ber­tujuan untuk mengkaji secara mendalam proses transaksi (siapa-­siapa yang terlibat di dalamnya dan pesan apa yang dipertukarkan).
Dalam diri setiap manusia, seperti dikutip Collins (1983), memiliki tiga status ego. Sikap dasar ego yang mengacu pada sikap orangtua (Parent= P. exteropsychic); sikap orang dewasa (Adult=A. neopsychic); dan ego anak (Child = C, arheopsychic). Ketiga sikap tersebut dimiliki setiap orang (baik dewasa, anak-anak, maupun orangtua).
           Sikap orangtua yang diwakili dalam perilaku dapat ter1ihat dan terdengar dari tindakan maupun tutur kata ataupun ucapan-ucapan­nya. Seperti tindakan menasihati orang lain, memberikan hiburan, menguatkan perasaan, memberikan pertimbangan, membantu, melindungi, mendorong untuk berbuat baik adalah sikap yang nurturing parent (NP). Sebaliknya ada pula sikap orang tua yang suka menghardik, membentuk, menghukum, berprasangka, me­larang, semuanya disebut dengan sikap yang critical parent (CP).
Setiap orang juga menurut Berne memiliki sikap orang dewasa. Sikap orang dewasa umumnya pragmatis dan realitas. Mengambil kesimpulan, keputusan berdasarkan fakta-fakta yang ada. Suka bertanya, mencari atau menunjukkan fakta-fakta, ber­sifat rasional dan tidak emosional, bersifat objektif dan sebagainya.
Sikap lain yang dimiliki juga adalah sikap anak-anak. Dibedakan antara natural child (NC) yang ditunjukkan dalam sikap ingin tahu, berkhayal, kreatif, memberontak. Sebaliknya yang ber­sifat adapted child (AC) adalah mengeluh, ngambek, suka pamer, dan bermanja diri.
Ketiga sikap itu ibarat rekaman yang selalu diputar-putar bagai piringan hitam dan terus bernyanyi berulang-ulang di saat di­kehendaki dan dimungkinkan. Karenanya maka sering anda ber­kata : si Pulan sangat dewasa; si Iteung kekanak-kanakan; atau si Ucok sok tua, mengajari/menggurui.
      Bagaimana cara mengetahui sikap ego yang dimiliki setiap orang? Berne mengajukan empat cara, yaitu:
1.      Melihat tingkah laku nonverbal maupun verbal yang digunakannya. Tingkah laku non­verbal tersebut pada umumnya sama namun dapat dibedakan kode-kode simbolnya pada setiap orang sesuai dengan budaya yang melingkupinya. Di samping nonverbal juga melalui verbal, misalnya pilihan kata. Seringkali (umumnya) tingkah laku melalui komunikasi verbal dan nonverbal berbarengan.
2.      Mengamati bagaimana sikap seseorang ketika bergaul dengan orang lain. Dominasi satu sikap dapat dilihat kalau Pulan sangat menggurui orang lain maka Pulan sangat dikuasai oleh P dalam hal ini critical parent. Si Iteung suka ngambek maka Iteung dikuasai oleh sikap anak. Si Ucok suka bertanya dan mencari fakta-fakta atau latar belakang suatu kejadian maka ia dikuasai oieh sikap dewasa.
3.      Mengingat kembali keadaan dirinya sewaktu masih kecil; hal demikian dapat terlihat misalnya dalam ungkapan : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Cara berbicara, gerak-gerik nonverbal mengikuti cara yang dilakukan ayah dan ibunya yang anda kenaI.
4.      Mengecek perasaan diri sendiri, perasaan setiap orang muncul pada konteks, tempat tertentu yang sangat mempengaruhi apakah lebih banyak sikap orang tua, dewasa, ataupun anak-anak sangat menguasai mempengaruhi seorang.

            Berne juga mengemukakan terdapat beberapa faktor yang menghambat terlaksananya transaksi antarpribadi, atau keseim­bangan ego sebagai sikap yang dimiliki seseorang itu. Terdapat dua hambatan utama yaitu:
1.      Kontaminasi (contamination). Kontaminasi merupakan pengaruh yang kuat dari salah satu sikap atau lebih terhadap seseorang sehingga orang itu “berkurang” keseimbangannya.
2.      Eksklusif (exclusive); penguasaan salah satu sikap atau lebih terlalu lama pada diri seseorang. Misalnya sikap orang tua yang sangat mempengaruhi seseorang dalam satu waktu yang lama sehingga orang itu terus menerus memberikan nasihat, melarang perbuatan tertentu, mendorong dan menghardik.

            Berne mengajukan tiga jenis transaksi antarpribadi yaitu: transaksi komplementer, transaksi silang, dan transaksi ter­sembunyi.
1.      Transaksi komplementer; jenis transaksi ini merupakan jenis terbaik dalam komunikasi antarpribadi karena ter­jadi kesamaan makna terhadap pesan yang mereka pertukarkan, pesan yang satu dilengkapi oleh pesan yang lain meskipun dalam jenis sikap ego yang berbeda. Transaksi komplementer terjadi antara dua sikap yang sama, sikap dewasa. Transaksi terjadi antara dua sikap yang berbeda namun komplementer. Kedua sikap itu adalah sikap orang tua dan sikap anak-anak. Komunikasi antarpribadi dapat dilanjutkan manakala terjadi tran­saksi yang bersifat komplementer karena di antara mereka dapat memahami pesan yang sama dalam suatu makna.
2.      Tran­saksi silang; terjadi manakala pesan yang dikirimkan komunikator  tidak mendapat respons sewajarnya dari komunikan. Akibat dari transaksi silang adalah terputusnya komunikasi antarpribadi karena kesalahan dalam memberikan makna pesan. Komunikator tidak menghendaki jawaban demikian, terjadi kesalah­pahaman sehingga kadang-kadang orang beralih ke tema pembicaraan lain.
3.      Transaksi tersembunyi; jika terjadi campuran beberapa sikap di antara komunikator dengan komunikan sehingga salah satu sikap menyembunyikan sikap yang lainnya. Sikap tersembunyi ini sebenarnya yang ingin mendapatkan respons tetapi ditanggap lain oleh si penerima. Bentuk-bentuk transaksi tersembunyi bisa terjadi jika ada 3 atau 4 sikap dasar dari mereka yang terlibat dalam komunikasi antar­pribadi namun yang diungkapkan hanya 2 sikap saja sedangkan 1 atau 2 lainnya ter­sembunyi. Jika terjadi 3 sikap dasar sedangkan yang lainnya di­sembunyikan maka transaksi itu disebut transaksi tersembunyi 1 segi (angular). Kalau yang terjadi ada 4 sikap dasar dan yang disembunyikan 2 sikap dasar disebut dengan dupleks.

         Berne juga mengajukan rekomendasinya untuk posisi dasar seseorang jika berkomunikasi antarpribadi secara efektif dengan orang lain. Ada empat posisi yaitu :
1.      Saya OK, kamu OK (I’m OK., you’re OK)
2.      Saya OK, kamu tidak OK (I’m OK, you’re not OK)
3.      Saya tidak OK, kamu OK (I’m not OK, yo/ire OK)
4.   Saya tidak OK, kamu tidak OK (I’m not OK, you’re not OK).

Komunikasi sebagai interaksi
Komunikasi Interaksi  adalah proses dimana setiap individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka. Komunikasi interaksi terjadi karena adanya proses atau pertukaran informasi antara satu individu dengan individu lainnya atau satu kelompok dengan kelompok lainnya dan akhirnya menciptakan ‘’feedback’’ atau umpan balik. Umpan balik adalah komunikasi yang diberikan pada sumber pesan oleh penerima pesan untuk menunjukan pemahaman.
Model linear berasumsi bahwa seseorang hanyalah pengirim atau penerima. Tentu hal ini merupakan pandangan yang sangat sempit terhadap partisipan-partisipan dalam proses komunikasi. Oleh karena itu, Wilbur Schramm (1954) mengemukakan bahwa kita juga harus mengamati hubungan antara seorang pengirim dan penerima. Model komunikasi interaksional yang menekankan proses komunikasi dua arah dari pengirim kepada penerima dan sebaliknya dari penerima kepada pengirim. Interaksional mengilustrasikan bahwa seseorang dapat menjadi baik pengirim maupun penerima dalam sebuah interaksi, tetapi tidak dapat menjadi keduanya sekaligus. Satu elemen penting bagi model komunikasi interaksional adalah umpan balik atau tanggapan terhadap suatu pesan. Umpan balik dapat berupa verbal maupun non-verbal, sengaja maupun tidak sengaja. Umpan balik juga membantu para komunikator untuk mengetahui apakah pesan mereka tersampaikan atau tidak dan sejauh mana pencapaian makna terjadi. Dalam model interaksional, umpan balik terjadi setelah pesan diterima, bukan pada saat pesan sedang dikirim.
            Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau non verbal, seseorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal dan non verbal. Salah satu unsur yang ditambahkan dalam konseptualisasi ini adalah umpan balik (feed back ), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yamg sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan sebelumnya.



3 komentar:

  1. Mbk perbedaan antara komunikasi sebagai transaksi dengan komunikasi sebagai interaksi apa yha ?
    #masih bingung

    BalasHapus
    Balasan
    1. Interaksi itu bagian dari proses komunikasi transaksi, dalam komunikasi transaksional ada aksi dan reaksi nah itu yg dimaksud interaksi

      Hapus